Page 85 - BUKU KUMPULAN CERPEN "AKU DAN BPK"
P. 85
kusajikan kopi gelas kedua dan ketiga, orang-orang itu makin
antusias mengobrol. Berbisik-bisik, lalu saling menatap. Berlanjut
dengan mata melotot dan mulut menganga. Seolah baru saja
mendengar berita terheboh di seluruh negeri.
“Apakah Anda kenal dengan Saudara Prihadi?”
Sekali lagi aku mengangguk.
“Bisakah kami melihat-lihat sebentar ke dalam warung?”
Bibirku bergetar. Membayangkan hal ini akan terjadi
sepagian tadi, dan ini bener-benar terjadi didepan mata.
Bulu kudukku menegak. Gerimis kecil menetesi wajahku. Aku
mendongak menatap langit yang tiba-tiba menangis. Teringat
malam itu. Hujan menyambangi bumi. Hawa dingin merasuki
tubuh. Hadi merokok di pojokan dengan mata sendu. Cangkir
kopi tak disentuhnya sama sekali. Aku lupa memberinya tutup
gelas, uap kopi mengudara bercampur asap rokok, meninggalkan
air hitam dingin di meja.
***
“Aku juga ingin seperti orang-orang. Makan enak. Jalan-
jalan. Punya rumah gedong. Punya pacar cantik.” Gumamnya. Aku
menoleh sembari mengelap gelas dan sendok yang baru saja
mentas dari pencucian gerabah kotor. Kalimat terkahir sempat
membuat dadaku berdegup kencang. Segera kuselesaikan
pekerjaan dan duduk di kursi dekat Hadi. Aku sengaja duduk tak
Kumpulan Cerpen “Aku dan BPK” 73