Page 86 - BUKU KUMPULAN CERPEN "AKU DAN BPK"
P. 86
terlalu dekat dengannya, tetapi aku siap mendengarkan. Kututup
telinga kiri dengan telapak tangan dan membiarkan yang kanan
terbuka penuh untuknya.
Satu dua kalimat terlontar dari bibirnya. Aku yakin Hadi
menyebut kata ‘uang’. Manusia ibarat budak uang. Tak punya
uang tak bisa hidup. Sebaliknya jika berlebihan memilikinya kita
bisa saja kehilangan nyawa.
“Bagaimana menurutmu, Nik?”
Aku tergagap dengan pertanyaannya yang tiba-tiba.
Kujawab dengan cengiran. Sesaat kemudian kusesali hal
itu. Bukankah sebaiknya kupasang senyum paling cantik di
hadapannya?
“Meski kamu hidup sendirian, kamu tetap butuh uang.
Untuk bertahan hidup.”
***
Aku mengangguk mengiyakan. Tapi batinku menolak
untuk menjadi budak. Karena uang bisa berubah menjadi monster
yang membalikkan hidup. Memutar balikkan fakta. Mengangkat
tinggi hingga ke langit lalu menjatuhkannya kembali kebumi.
Sakit bukan? Lebih baik tidak berurusan dengan uang semacam
itu. Yang terasa nikmat pada awalnya lalu membunuh pada
akhirnya.
“Kamu nggak ingin kaya, Nik?”
74 Kumpulan Cerpen “Aku dan BPK”