Page 442 - RBDCNeat
P. 442
Salma pun dalam keadaan masih terisak-isak air mata,
berusaha untuk berkata "Ya teh, Salma ga kuat melihat teteh
disalahkan dan dianggap remeh terus, padahal ini bukan
keinginan teteh, teteh juga sama ingin seperti yang lain, tapi
kan semua ini bukan keinginan teteh. Tapi walaupun teteh
dianggap remeh dan dianggap tidak mau sembuh, tapi teteh
masih bisa tersenyum. Salma ingin rasanya menutup mulut Ibu
itu, supaya tidak seenaknya kalau berbicara."
Aku pun terus mencoba untuk menenangkan Salma "Hus...
Udah ah, kita jangan pernah membalas keburukan orang lain
dengan keburukan lagi. Kita buktikan saja apa yang besok
Tuan Haji Ismail lakukan kepada teteh, biarkan orang itu
melihatnya." Dari situ Alhamdulillah, Salma pun sudah lebih
tenang.
Namun, berbeda dengan Ibu ini. Beliau masih tetap pada
prinsipnya bahwa Aku ini harus ditarapi. Sehingga Ibu ini pun
menawarkan untuk menerapi ku, ya Aku pun dengan senang
hati mengiyakannya.
Karena bagi ku, bagi ku siapa pun yang mau merapi
atau mengobati ku, selagi dengan cara yang tidak melanggar
dari Syariat Agama, oke oke saja. Namun, disaat yang sudah
dijanjikan Ibu itu mau menerapi ku, Aku menunggu dikamar,
ternyata kamar ku pun tidak ada yang mengetok sampai sore
hari.
Aku pikir "tidak jadi mungkin." Namun, malam harinya,
Ibu itu berkata kepada yang lain "bahwa Dini mau diterapi, ga
mau." Dari situ, Aku pun hanya bisa mengusap dada "Cukup
406 | Roda Berputar dalam Cahaya