Page 173 - Buku SKI XII MA
P. 173
muslim di Jerman selain menjadi tentara, mereka juga banyak yang menjadi
pedagang, diplomat, ilmuwan, dan penulis. Pada saat Perang Dunia Pertama, Jerman
kembali bersekutu dengan tentara muslim dari Kekhalifahan Turki. Hal ini membuat
komunitas muslim di Jerman bertambah banyak dan makin menguatkan
eksistensinya. Lembaga Muslim Jerman sudah berdiri pada tahun 1930.
Imbas dari perang dunia, negara Jerman hancur berantakan. Jerman
membutuhkan banyak tenaga kerja. Para pekerja berdatangan dari Italia, Turki dan
Eropa Timur untuk membangun Jerman kembali pada akhir abad ke 17, yang
merupakan respons perlawanan terhadap kolonialisme Barat. Setelah kontrak kerja
mereka selesai, para pekerja ini menolak untuk pulang ke negara mereka, bahkan
mereka mendatangkan keluarga-keluarganya untuk tinggal menetap di Jerman.
Berlin menjadi kota dengan jumlah komunitas Turki terbesar setelah Istanbul. Umat
muslim dari Yugoslavia dan Iran pun berdatangan dan menetap di Jerman.
Tahun 1961, 1963, dan 1965 orang-orang keturunan Turki, Maroko, dan
Tunisia direkrut sebagai pekerja di Jerman atas persetujuan antara pemerintah
Jerman dengan negara-negara bersangkutan. Belakangan warga Muslim dari
Libanon, Palestina, Afganistan, Aljazair, Iran, Iran dan Bosnia juga datang ke Jerman
mengungsi karena negara mereka dilanda perang. Hal-hal tersebut membuat jumlah
penduduk yang beragama Islam di Jerman mencapai lebih dari dua juta jiwa pada
awal tahun 1990.
Komunitas Muslim Indonesia memiliki andil dalam perkembangan Islam pada
masa-masa sekarang, mereka mendirikan Masjid Al-Falah di pusat kota Berlin, yang
lokasinya tak jauh dari Kedutaan Besar Republik Indonesia. Ada 2500 mahasiswa
Indonesia yang melanjutkan studinya di Jerman, dan dari angkatan lama ke angkatan
baru mereka secara bergantian mengurus Rumah Allah tersebut. Setiap tanggal 3
Oktober, seluruh masjid dan Islamic Center di Jerman mengadakan open house bagi
warga non muslim yang ingin mengenal lebih jauh tentang Islam. Hasil dari kegiatan
rutin tahunan ini sangat memuaskan, tidak hanya pengetahuan dan perhatian
masyarakat Jerman saja yang bertambah, tetapi juga jumlah mualaf yang meningkat.
Awal tahun di kota Hannover diadakan pameran tentang Islam. Sejumlah perwakilan
negara muslim, organisasi dan lembaga Islam lokal turut berpartisipasi. Menariknya,
pameran tersebut dikoordinasi oleh pihak Gereja Protestan Lutheran setempat.
Tujuan penyelenggaraan pameran adalah agar masyarakat Jerman lebih mengetahui
SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM KELAS XII 161