Page 3 - SEJINDO-PERT-6 (NEW)-1
P. 3

Modul Sejarah Indonesia Kelas XI KD  3.2 dan 4.2


                           kepada kaum Padri mengusir Gubernur Belanda di sana. Maka setelah selesai perang
                           Diponegoro, Natal di bawah pimpinan Tuanku Nan Cerdik dapat mempertahankan
                           serangan  Belanda  di  sana.  Tahun  1829  De  Stuers  digantikan  oleh  Letnan  Kolonel
                           Elout,  yang  datang  di  Padang Maret  Dengan  bantuan  Mayor  Michiels,  Natal  dapat
                           direbut, sehingga Tuanku Nan Cerdik menyingkir ke Bonjol. Sejak itu kampung demi
                           kampung dapat direbut Belanda. Tahun 1932 datang  bantuan dari Jawa, di bawah
                           Sentot Prawirodirjo. Dengan cepat Lintau, Bukit, Komang, Bonjol, dan hampir seluruh
                           daerah Agam dapat dikuasai oleh Belanda.

                                  Melihat kenyataan  ini baik kaum Adat  maupun kaum Padri menyadari  arti
                           pentingnya  pertahanan.  Maka  bersatulah  mereka  bersama-sama  menghadapi
                           penjajah Belanda. Setelah daerah-daerah sekitar Bonjol dapat dikuasai oleh Belanda,
                           serangan  ditujukan  langsung  ke  benteng  Bonjol.  Membaca  situasi  yang  gawat  ini,
                           Tuanku Imam Bonjol menyatakan bersedia untuk berdamai. Belanda mengharapkan,
                           bahwa perdamaian ini disertai dengan penyerahan. Tetapi Imam Bonjol berpendirian
                           lain.  Perundingan  perdamaian  ini  adalah  siasat  mengulur  waktu,  agar  dapat
                           mengatur  pertahanan  lebih  baik,  yaitu  membuat  lubang  yang  menghubungkan
                           pertahanan  dalam  benteng  dengan  luar  benteng,  di  samping  untuk  mengetahui
                           kekuatan  musuh  di  luar  benteng.  Kegagalan  perundingan  ini  menyebabkan
                           berkobarnya kembali pertempuran pada tanggal 12 Agustus Belanda memerlukan
                           waktu  dua  bulan  untuk  dapat  menduduki  benteng  Bonjol,  yang  didahului  dengan
                           pertempuran yang sengit. Meriam-meriam Benteng Bonjol tidak banyak menolong,
                           karena musuh berada dalam jarak dekat.

                                  Tahun  1829  daerah  kekuasaan  kaum  Padri  telah  meluas  sampai  ke  Batak
                           Mandailing,  Tapanuli.  Di  Natal,  Tapanuli  Baginda  Marah  Husein  minta  bantuan
                           kepada kaum Padri mengusir Gubernur Belanda di sana. Maka setelah selesai perang
                           Diponegoro, Natal di bawah pimpinan Tuanku Nan Cerdik dapat mempertahankan
                           serangan  Belanda  di  sana.  Tahun  1829  De  Stuers  digantikan  oleh  Letnan  Kolonel
                           Elout,  yang  datang  di  Padang Maret  Dengan  bantuan  Mayor  Michiels,  Natal  dapat
                           direbut, sehingga Tuanku Nan Cerdik menyingkir ke Bonjol. Sejak itu kampung demi
                           kampung dapat direbut Belanda. Tahun 1932 datang  bantuan dari Jawa, di bawah
                           Sentot Prawirodirjo. Dengan cepat Lintau, Bukit, Komang, Bonjol, dan hampir seluruh
                           daerah Agam dapat dikuasai oleh Belanda.

                                  Melihat kenyataan  ini baik kaum Adat  maupun kaum Padri menyadari  arti
                           pentingnya  pertahanan.  Maka  bersatulah  mereka  bersama-sama  menghadapi
                           penjajah Belanda. Setelah daerah-daerah sekitar Bonjol dapat dikuasai oleh Belanda,
                           serangan  ditujukan  langsung  ke  benteng  Bonjol.  Membaca  situasi  yang  gawat  ini,
                           Tuanku Imam Bonjol menyatakan bersedia untuk berdamai. Belanda mengharapkan,
                           bahwa perdamaian ini disertai dengan penyerahan. Tetapi Imam Bonjol berpendirian
                           lain.  Perundingan  perdamaian  ini  adalah  siasat  mengulur  waktu,  agar  dapat
                           mengatur  pertahanan  lebih  baik,  yaitu  membuat  lubang  yang  menghubungkan
                           pertahanan  dalam  benteng  dengan  luar  benteng,  di  samping  untuk  mengetahui
                           kekuatan  musuh  di  luar  benteng.  Kegagalan  perundingan  ini  menyebabkan
                           berkobarnya kembali pertempuran pada tanggal 12 Agustus Belanda memerlukan
                           waktu  dua  bulan  untuk  dapat  menduduki  benteng  Bonjol,  yang  didahului  dengan
                           pertempuran yang sengit. Meriam-meriam Benteng Bonjol tidak banyak menolong,
                           karena         musuh          berada          dalam         jarak         dekat.












                       @2020, Direktorat SMA, Direktorat Jenderal PAUD, DIKDAS dan DIKMEN               24
   1   2   3   4   5   6   7   8