Page 45 - Putusnya Tali Persaudaraan
P. 45
“Sesungguhnya aku sangat ingin bertemu. Aku telah
berusaha mencarinya di Nangapinoh, tetapi Nangapinoh
sangat luas dan besar. Suatu yang tidak mungkin mencari
orang bila tidak ada alamat yang jelas.”
“O, ya? Apakah Nangapinoh itu besar, Mandau?”
“Nanti, kukira engkau akan melihatnya, Numa.”
“Hmmm,” Numa berguman kurang puas.
Mereka berjalan terus menelusuri jalan setapak yang
menerobos hutan. Mandau sangat hati-hati melangkah
karena sambil menggendong Ma Kili. Akhirnya, sampailah
mereka di tepi Sungai Melawai Hulu.
Numa baru pertama kali ini melihat keadaan Sungai
Melawai Hulu. la tercengang dan takjub melihat ramainya
perahu berlalu-lalang, besar-besar dan indah-indah. Perahu-
perahu itu hilir mudik dari hilir ke hulu dan sebaliknya.
“Uang penjualan hasil kebun kemarin terpaksa
kugunakan untuk menyewa perahu,” gumam Mandau.
“Terserah kau!” kata Numa sambil menyandarkan
kepalanya ke bahu Mandau.
“Semakin ke hilir, keadaan sungai semakin ramai
oleh perahu yang berlalu-lalang. Keadaan tepi sungai pun
semakin menarik, banyak rumah dan bangunan yang belum
pernah kulihat. Ah, mengasyikan sekali,” kata Numa.
38