Page 141 - SMP K2013 Matematika IX Sem.1-2 BS Revisi 2018
P. 141

Ibnu al-Haytham adalah salah satu saintis besar
                                                  yang hidup antara tahun 965-1038 M, tepatnya lahir
                                                  pada 1 Juli 965 di Bashra, Irak. Nama lengkapnya
                                                  Abū  ʿAlī  al-Ḥasan  ibn  al-Ḥasan  Ibn  al-Haytham.
                                                  Masyarakat  barat  mengenalnya  dengan nama
                                                  Alhazen. Ibn al-Haytham  hidup di masa Daulah
                                                  Abbasiyah, salah satu dinasti muslim besar yang
                                                  pernah berkuasa di Timur Tengah hingga Eropa.
                                                     Alhazen seorang  prolific tulen. Karyanya
                                                  mencapai  lebih dari 185 buah, ia juga seorang
                                                  polymath sejati  sebab karyanya meliputi  berbagai
                                                  bidang  keilmuan  seperti  matematika,  fisika,
                                                  astronomi,  metafisika,  anatomi  tubuh,  akuntansi
                      Sumber: https://en.wikipedia.org/  hingga  kaligrafi.  Namanya  sering  dikaitkan  dengan
                             wiki/Alhazen
                                                  camera obscura yang merupakan cikal bakal kamera
                                                  saat ini. Ia memperkenalkan  nama bagian-bagian
                           Ibnu al-Haytham        mata  yang kita  kenal  melalui  terjemah  Latinnya
                                                  seperti  vitreous  humour,  aqueous  humour, retina,
                                                  kornea, dan lain-lain. Ia meredakan polemik beratus
                      tahun lamanya  tentang  teori  penglihatan,  memunculkan  permasalahan  klasik dalam
                      matematika di mana dunia mengenalnya dengan Alhazen’s Problem yang baru dapat
                      dipecahkan secara eksak pada 1997 oleh matematikawan Oxford Peter Neumann.
                          Karya Ibnu al-Haytham di bidang optik pada masa itu seakan melampaui jaman.
                      Dari  eksperimen yang  dilakukan,  Ibn al-Haytham  berkesimpulan  bahwa  cahaya
                      merambat lurus. Ia mengembangkan konsep pemantulan pada cermin parabolik. Ia juga
                      melakukan  eksperimen  untuk  pembiasan.  Konvensi “sudut  datang”  dan  “sudut  bias”
                      adalah temuannya, dan hingga kini masih digunakan dalam hukum pembiasan Snellius.
                      Ibn al-Haytham jugalah yang menyatakan bahwa ketika cahaya memasuki suatu medium
                      yang lebih rapat, cahaya tersebut bergerak lebih lambat. Pendapatnya tentang pembiasan
                      itu digunakannya untuk menjelaskan fenomena fajar/senja, dengan menyatakan bahwa
                      fajar/senja terjadi karena matahari berada di bawah ufuk (horizon) sehingga cahayanya
                      dibiaskan oleh atmosfer. Karya Ibnu al-Haytham dalam bidang optik ini berkaitan erat
                      dengan salah satu aplikasi matematika di bidang transformasi geometri, yaitu refleksi.
                      Sumber: Buku Ibn al-Haytham Sang Pembawa Cahaya Sains (Usep Muhamad Ishaq),
                      Wikipedia.

                      Hikmah yang bisa diambil
                      1.  Kita harus terus berusaha untuk mencapai keberhasilan.
                      2.  Kita harus mau dan mampu melakukan pembuktian-pembuktian tentang fenomena
                          alam  sekitar yang merupakan  bukti kekuasaan  Tuhan melalui  keilmuan  yang
                          diketahui manusia.











                                                                                           135
   136   137   138   139   140   141   142   143   144   145   146