Page 3 - BUKU PANDUAN DIGITAL MUSEUM INDONESIA (Virtual Tour MBKM)
P. 3
Lantai 1 [Ruang Kaca]
1st Floor [Glass Gallery]
Sejarah & Perkembangan
Museum Nasional Indonesia
Eksistensi museum Nasional diawali dengan berdirinya suatu himpunan yang bernama
Bataviaasch Genootschap Van Kunsten en Wetenschapen, yang didirikan oleh
pemerintah Belanda pada tanggal 24 April 1778. Bataviaasch Genootschap Van Kunsten
en Wetenschapen (BG) adalah lembaga independen yang didirikan untuk tujuan
memajukan penelitian dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan khususnya dalam
bidang-bidang ilmu biologi, fisika arkeologi kesusastraan, etnologi dan sejarah, serta
menerbitkan penelitian.
Salah seorang pendiri lembaga ini, yaitu JCM Radermacher, menyumbangkan rumah
miliknya di Jalan Kalibesar, suatu kawasan perdagangan di Jakarta. Museum ini sangat
dikenal di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya penduduk Jakarta. Mereka
menyebutnya "Gedung Gajah" atau "Museum Gajah" karena di halaman depan museum
terdapat sebuah patung gajah perunggu hadiah dari Raja Chulalongkorn (Rama V) dari
Thailand yang pernah berkunjung ke museum pada tahun 1871.
History & Evolution
National Museum of Indonesia
The existence of the National Museum began with the establishment of an
association called the Bataviaasch Genootschap van Kunsten en
Wetenschappen, founded by the Dutch government on 24 April 1778. The
Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (BG) was an
independent institution created to advance research in the arts and sciences
—particularly in biology, physics, archaeology, literature, ethnology, and history
—and to publish its findings.
One of its founders, J. C. M. Radermacher, donated his house on Jalan
Kalibesar, a commercial district in Jakarta. The museum became widely known
among Indonesians, especially Jakarta residents. People called it the “Gedung
Gajah” or “Museum Gajah” because a bronze elephant statue stands in front of
the museum— a gift from King Chulalongkorn (Rama V) of Thailand, who visited
in 1871.

