Page 29 - Echos2
P. 29
Yesus secara mendalam mengalami Allah sebagai Bapa yang memiliki
kebaikan dan kasih yang tak terbatas bagi semua orang, terutama
mereka yang tidak menyenangkan dan kejam, mereka yang putus asa
dan tersesat. Dia bukanlah Allah hukum Taurat yang membedakan
antara yang baik dan yang jahat: Dia adalah Allah yang selalu baik yang
tahu bagaimana mengasihi dan mengampuni, yang mengejar domba-
domba yang hilang, yang dengan cemas menantikan kembalinya anak
yang sulit dan dengan hangat menyambutnya kembali ke dalam
keluarga. Dia adalah Allah yang lebih bersukacita atas pertobatan satu
orang berdosa daripada 99 orang benar yang tidak membutuhkan
pertobatan.
Seluruh kehidupan Yesus didasarkan pada pengalaman baru tentang
Allah ini. Dia merasa sangat dikasihi oleh Allah sehingga Dia mengasihi
seperti Allah mengasihi, semua orang tanpa terkecuali, bahkan musuh-
musuh-Nya. Dia merasa begitu diterima oleh Allah sehingga Dia
menerima dan mengampuni semua orang. Yesus merasakan kehadiran
Allah yang penuh kasih dalam hidup-Nya dan mengkomunikasikannya,
dengan memanggil Allah, "Bapa." Melakukan kehendak Bapa menjadi
pusat kehidupan Yesus. Dia tahu bahwa Dia berutang kasih sayang dan
ketaatan kepada Bapa-Nya: apa yang menjadi milik Bapa adalah juga
milik-Nya. Di atas segalanya, Bapa memberikan pengajaran-Nya
kepada-Nya, mempercayakan sebuah misi kepada-Nya, dan Dia
terdorong untuk menggenapinya. Dia merasa bahwa Dia adalah Anak,
yang sepenuhnya terlibat dalam membangun Kerajaan Bapa-Nya,
dengan berkata, "Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa,
kalau tidak melalui Aku" (Yoh. 14:6).
2- Cara mendengar dan cara pandang Yesus
"Pada suatu kali Yesus duduk menghadapi peti persembahan dan
memperhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam
peti itu. Banyak orang kaya memberi jumlah yang besar. Lalu datanglah
seorang janda yang miskin dan ia memasukkan dua peser, yaitu satu
duit." (Mrk. 12:41-42).
29