Page 11 - Menebarkan Islam dengan Santun dan Damai Melalui Dakwah, Khutbah, dan Tablig
P. 11
seperti maksud Shafwan membeli Zaid, yakni balas dendam kepada umat
Islam. Lalu orang Quraisy menyeret Zaid menuju Tan’im (tempat miqat umrah).
Di tempat itu, Zaid menjalani hukuman pancung. Menjelang algojo
melaksanakan tugasnya, pemimpin kaum musyrik, Abu Sufyan bertanya, “Zaid,
apakah Anda senang seandainya di tempatmu ini digantikan Muhammad,
sedangkan Anda hidup tenteram bersama keluargamu di rumah?” “Janganlah
begitu,” bantah Zaid dengan keras. “Meski dalam keadaan begini, aku tidak
rela Rasulullah tertusuk duri yang paling kecil di rumahnya.” Abu Sufyan marah.
Zaid akhirnya menyusul temannya menjadi syuhada. Di hati Abu Sufyan dan
orang Quraisy timbul keheranan akan kesetiaan para sahabat kepada
Muhammad. Abu Sufyan berucap kagum, “Aku tidak pernah menemukan
seorang yang begitu dicintai oleh para sahabat, seperti Muhammad”. ”Sesudah
Zaid gugur, rombongan lain menyeret Khubaib. Sesuai dengan hukum qishas, ia
diberi hak menyampaikan permohonan terakhir. Ia meminta izin shalat sunnah 2
rakaat. Permohonan dikabulkan, Khubaib melaksanakan ibadahnya dengan
baik. Setelah salam, ia berkata, “Demi Allah. Andaikata bukan karena takut
disangka aku gentar menghadapi maut, maka shalatku akan kulakukan lebih
panjang.” Akhirnya Khubaib menjadi syahid, menyusul lima sahabat lainnya.
Namun, semangat dakwah yang dilandasi keikhlasan untuk menyebarkan ajaran
kebenaran, takkan pernah padam dari permukaan bumi. Semangat itu terus
bergema, sehingga makin banyak jumlah pendakwah yang dengan kekuatan
sendiri, menyelusup keluar-masuk pedalaman, berbatu-batu karang atau
berhutan-hutan belantara, untuk menyampaikan dakwah atau melakukan
tablig.
10

