Page 24 - Air Mata Hutan Kami
P. 24

masa terakhir, kebun karet sudah tidak bisa diharapkan

                 lagi.  Harga  getah  semakin  hari  semakin  turun.  Kebun

                 karet akhirnya tidak lagi memberikan keuntungan. Hasil
                 yang mereka peroleh sering minus.

                        Akhirnya  nenek  dan  ibu  memutuskan  menjual

                 kebun karet milik mereka. Dengan imbalan uang yang
                 tidak  seberapa,  tanah  dan  kebun  karet  mereka  pun

                 berpindah  tangan  kepada  penguasa  kelapa  sawit.

                 Akhirnya  kebun  karet  mereka  berganti  menjadi
                 hamparan tanaman kelapa sawit. Setiap melewati bekas

                 kebun karet itu, selalu ada kesedihan yang sulit untuk
                 diungkapkan.

                        Ibu Minda yang dulu mengurus langsung kebun

                 karet mereka, seperti menyadap dan menjualnya kepada
                 pembeli,  menjadi  kehilangan  pekerjaan  dan  sumber

                 penghasilan.  Itulah  sebabnya,  sang  ibu  meninggalkan
                 kampung  halaman.  Semuanya  demi  menghidupi  anak

                 dan ibunya yang sudah tua.

                        Menurut nenek, banyak tetangga di kampung ini
                 mengalami hal yang sama dengan mereka. Ketika kebun

                 karet  sudah  tidak  bisa  diharapkan lagi,  banyak  orang

                 yang menjual kebun karet kepada pengusaha-pengusaha
                 kelapa sawit dari kota. Lalu kebun-kebun karet itu pun

                 berganti dengan hamparan tanaman kelapa sawit.

                 14
   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29