Page 38 - 10 Cerita dari 5 Penjuru
P. 38
“Nanti, kita akan melewati kebun pohon kayu putih,”
kata Om Bimo. Tatapannya tidak beralih sedikit pun dari
jalan di depannya.
“Ouch!” pekik Dito, begitu mobil berbelok di jalan
menanjak.
Om Bimo dan Tante Erna prihatin. Mereka tahu
Dito tidak tahan naik mobil. Akan tetapi, mereka ingin
mengajak Dito berekreasi, agar tidak kurang pengalaman.
“Lihat!” seru Andri. “Itu tanaman kayu putih ya,
Om?”
“Benar. Lihat deh, permukaan kayunya.”
Permukaan pohon-pohon tersebut bercorak abu-abu.
Namun, kentara sekali warna dasar permukaannya yang
pucat.
Paman Bimo membuka jendela dan mematikan
AC. Angin menyerbu masuk dari jendela yang terbuka.
Mengacak-acak rambut Tante Erna.
“Ayo, Dit. Dihirup minyak angin alaminya. Bau
minyak kayu putih campur angin, maksudnya,” guraunya.
Dito sudah tidak sepucat tadi. Ia minta berhenti
sejenak di sebuah warung.
Sambil menyeruput teh hangat, Dito memandang
sekelilingnya. “Kita kayak di pinggir hutan ya, Om?”
“Di dekat sini memang ada hutan. Apa kita mau
mampir ke sana dulu sebelum ke pantai?” tanya Tante
Erna.
Andri dan Dito mengangguk penuh semangat.
28