Page 11 - e-modul
P. 11

5.  Penghalihan  BKP  dalam  rangka  penggabungan,  peleburan,  pemekaran,  pemecahan,

                       dan pengambilalihan usaha yang tidakmemenuhi ketentuan Pasal 1A ayat (2) huruf d
                       UU PPN 1984 atau perubahan bentuk usaha, terjadi pada saat:

                       a.  disepakati  atau  ditetapkan  penggabungan,  peleburan,  pemekaran,  pemecahan,
                          pengambilalihan usaha, atau perubahan bentuk usaha sesuai hasil Rapat Umum

                          Pemegang  Saham  yang  tertuang  dalam  perjanjian  penggabungan,  peleburan,

                          pemekaran, pemecahan, pengambilalihan usaha, atau perubahan bentuk usaha.
                   E.  DASAR PENGENAAN PAJAK (DPP)

                              Dasar Pengenaan Pajak (DPP) adalah jumlah Harga Jual, penggantian, nilai
                       impor, nilai ekspor atau nilai lain yang dpakai sebagai dasar menghitung pajak yang

                       terutang.

                       Nilai dasar ini digunakan untuk menghitung pajak terutang seperti pajak pertambahan
                       nilai, PPh pasal 21, PPh pasal 23 dan PPh pasal 4 ayat 2

                       Setelah mengetahui besaran nilai dasar pengenaan pajak (DPP) barulah nilai pajak yang
                       terutang dapat diketahui dengan metode parrhitungan yang berlaku.

                       Rumus;
                       Jika penjualan tidak disertai PPN   PPN Terutang = DPP (10% x DPP)

                       Jika penjualan disertai PPN         DPP = 100/110 x Harga Jual

                                                           PPN terutang = 10% x DPP
                   F.  MEKANISME PENGENAAAN PPN

                       Setiap Pengusaha Kena Pajak yang menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena
               Pajak diwajibkan membuat Faktur Pajak untuk memungut pajak yang terutang. Pajak yang

               dipungut ini dinamakan Pajak Keluaran (output tax). Hal ini sesuai dengan basis akrual (accrual

               basis) yang digunakan oleh UU PPN 1984 dan perubahannya. Pada saat Pengusaha Kena Pajak
               tersebut  di atas membeli Barang Kena Pajak atau menerima Jasa Kena Pajak dari  Pengusaha

               Kena Pajak lain, juga membayar pajak yang terutang, yang dinamakan Pajak Masukan (input
               tax). Pada akhir Masa Pajak, Pajak Masukan tersebut dikreditkan dengan Pajak Keluaran sesuai

               dengan ketemtuan yang berlaku. Dalam hal jumlah Pajak Keluaran lenih besar dari pada jumlah

               Pajak Masukan, kekurangannya dibayar ke Kas Negara selambat-lambatnya tanggal 15 bulan
               berikutnya. Sebaliknya, apabila Pajak Masukan yang jumlahnya lebih besar dari pada Pajak

               Keluaran  maka  kelebihan  pembayaran  Pajak  Masukan  ini  dapat  dikompensasikan  dengan
               utang pajak dalam Masa Pajak berikutnya atau diminta kembali.

                       Sebagai catatan, ketentuan batas waktu setor di atas sesuai dengan Pasal 9 ayat 1 UU
               KUP 2007 juncto Pasal 2 ayat 15 PerMenkeu No. 184/PMK.03/2007 juncto PerMenkeu No.


                                                            7
   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16