Page 82 - Kelas X Hindu BS press
P. 82
3. Melakukan Upacara Pitra Yajña
Untuk upacara Pitra Yajña terkait dengan keputusan Kesatuan Seminar
Kesatuan Tafsir terhadap Aspek-aspek Agama Hindu I s/d XV, terkait dengan
Jenis-jenis wariga dewasa untuk upacara Pitra Yajña (atiwa-tiwa) dapat
dibedakan menjadi tiga yaitu :
a. Padewasan yang sifatnya amat segera atau dadakan, atiwa-atiwa segera
bisa dilakukan dengan mengacu pada wariga, dewasa dan kekeran (aturan)
desa. Adapun larangan atiwa-tiwa adalah Pasah, Anggara Kasih, Budha
Wage, Budha Kliwon, Tumpek, Purwani Purnama, Tilem
b. Pedewasan serahina (sehari-hari) adalah bila pelaksanaan atiwa-tiwa
tersebut dilaksanakan lebih dari tujuh hari dan memperhatikan padewasan
serahina yang perhitungannya berdasarkan wewaran, wuku dan dauh.
c. Padewasan berjangka (berkala), adalah pelaksanaan atiwa-tiwa
berdasarkan jangka waktu tertentu (berkala) yang perhitungannya
berdasarkan wewaran, wuku, tanggal, panglong, sasih dan dauh. Dan
disertai dengan sasih yang baik yaitu Kasa, Karo, Ketiga
Selain itu di bawah ini di sebebutkan beberapa contoh waktu yang baik
untuk melalukan pemujaan kepada leluhur atau Pitra Yajña yaitu :
a) Sasih yang baik untuk memukur (atmawedana) : kedasa
b) Sasih yang baik untuk pitra Yajña : kasa, karo, ketiga
c) Amerta Akasa : Hari baik untuk pemujaan kepada leluhur guna
memperoleh pengetahuan serta berwawasan yang lebih luas.
d) Sedana Tiba : Dewasa Ayu mengadakan upacara terhadap leluhur di
sanggah/mrajan
Yang harus dihindari :
Kala Gotongan : adalah hari yang pantang untuk mengubur, kremasi,
ngaben (atiwa-tiwa) karena berakibat kematian
berturut-turut. Tapi hari ini baik untuk pekerjaan
dengan cara memikul atau bergotong royong.
Was Penganten : pantang untuk mengubur ataupun kremasi, karena
bisa berakibat banyak orang sakit atau meninggal
4. Upacara Manusa Yajña
Jenis dari pelaksanaan upacara Manusa Yajña sangat banyak, yaitu
mulai dari janin berada dalam kandungan hingga meninggal. Saat bayi
lahir sesungguhnya ia telah mencari hari yang baik bagi kelahirannya. Pada
tahap selanjutnya dilakukan rangkaian upacara hingga meningkat Dewasa
melalui upacara Rajasewala atau Rajasinga. Pada tahap selanjutnya setelah
masa Brahmacari dilanjutkan masa Grhastha Asrama yaitu masa berumah
tangga. Memasuki masa berumah tangga didahului dengan proses upacara
76 | Kelas X SMA/SMK