Page 164 - Kelas XII Bahasa Indonesia BS press
P. 164

yang dihuni sekitar 200 orang, yang semua anggota keluarganya dekat dan
            jauh, dan punya kebiasaan membaca. Ayahnya, I Gusti Ngurah Raka, seorang
            pensiunan punggawa yang keras dalam mendidik anak. Semula, ayahnya
            mengharapkan Putu jadi dokter. Namun, Putu lemah dalam ilmu pasti. Ia
            akrab dengan sejarah, bahasa, dan ilmu bumi.
                ”Semasa di SD, Saya doyan sekali membaca,’’ tuturnya, ’’Mulai dari karangan
            Karl May, buku sastra  Komedi Manusia-nya karya William Saroyan. Sejak
            kecil, saya juga senang sekali seni pertunjukan. Mungkin sudah merupakan
            bakat, senang pada seni laku,” ujarnya mengenang.
                Meskipun demikian, ia tak pernah diikutkan main drama semasih kanak-
            kanak, juga ketika SMP. Baru setelah menang lomba deklamasi, ia diikutkan
            main drama perpisahan SMA, yang diarahkan oleh Kirdjomuljo, penyair dan
            sutradara ternama di Yogyakarta. Ia pertama kali berperan dalam ”Badak”,
            karya Anton Chekov. ”Sejak itu saya senang sekali pada drama,” kenang Putu.
                                            Setelah selesai sekolah menengah atas, ia
                                        melanjutkan  kuliahnya  di  Yogyakarta,  kota
                                        seni dan budaya. Di Yogyakarta, selain kuliah
                                        di Fakultas Hukum, UGM, ia juga mempelajari
                                        seni lukis di Akademi Seni Rupa Indonesia
                                        (ASRI), drama di Akademi Seni Drama dan
                                        Film (Asdrafi). Dari Fakultas Hukum, UGM,
                                        ia meraih gelar sarjana hukum (1969), dari
                                        Asdrafi ia gagal dalam penulisan skripsi, dan
                                        dari kegiatan berkesenian ia mendapatkan

            Sumber: tokohindonesia.com  identitasnya sebagai seniman.
                Selama bermukim di Yogyakarta, kegiatan sastranya lebih terfokus pada
            teater. Ia pernah tampil bersama Bengkel Teater pimpinan W.S. Rendra dalam
            beberapa pementasan, antara lain dalam pementasan ”Bip-Bop” (1968) dan
            ”Menunggu Godot” (1969). Ia juga pernah tampil bersama kelompok Sanggar
            Bambu. Selain itu, ia juga (telah berani) tampil dalam karyanya sendiri yang
            berjudul ”Lautan Bernyanyi”  (1969). Ia adalah penulis naskah sekaligus
            sutradara pementasan itu. Naskah dramanya itu menjadi pemenang ketiga
            Sayembara Penulisan Lakon yang diselenggarakan oleh Badan Pembina Teater
            Nasional Indonesia.
                Setelah kira-kira tujuh tahun tinggal di Yogyakarta, Putu pindah ke Jakarta.
            Di Jakarta ia bergabung dengan Teater Kecil asuhan sutradara ternama Arifin
            C. Noer dan Teater Populer. Di samping itu, ia juga bekerja sebagai redaktur
            majalah Ekspres (1969). Setelah majalah itu mati, ia menjadi redaktur majalah




            158  Kelas XII                                              Bahasa Indonesia
   159   160   161   162   163   164   165   166   167   168   169