Page 216 - Kelas X Seni Budaya BS Sem 1 press
P. 216

Kedudu-   Ciri-   Ciri-
                       Babak/   Nama                            Rias   Busana   Peralatan
                  No.                 kan/ Status   Ciri   Ciri                       Musik
                       Adegan  Tokoh                           Tokoh  Tokoh    Tokoh
                                        Tokoh    Fisik  Psikis
                   2


                   3



                   4


                   5


                 5. Daya khayal lakon yang kamu pikirkan, kemudian tuangkan ke dalam
                    bentuk bagal  lakon, yakni kamu dapat menggunakan pola atau struktur
                    lakon: introduksi–reasing action–konlik–klimaks–anti klimaks–kongklusi.
                 6.  Bagal cerita  atau garis besar lakon (bedrip) sudah kamu tulis. Coba kamu
                    mulai menyusun lakon atau naskah lakon bagian-perbagian berdasarkan
                    struktur lakon yang kamu ketahui. Dengan catatan bahwa struktur isi ;
                    reasing action, terutama konlik bobotnya   harus  lebih banyak, menarik
                    dan penuh daya pesona. Artinya,  jangan terburu-buru ingin menyelesaikan
                    cerita dan mudah ditebak jalan ceritanya, tetapi mainkanlah emosi atau
                    rasa pembaca agar terlibat (empati) di dalamnya.
                 7.  Penuangannya  ke dalam bentuk lakon, cara menyusun naskah lakon dapat
                    dilakukan sama seperti pola; menterjemah, mengadaptasi atau menyadur.
                    Dengan syarat menguasai pula seluk beluk sastra drama dan dunia
                    pementasan seni teater.
                 8. Tentukan judul lakon atau judul cerita yang kamu akan tulis. Sebagai
                    contoh, apabila kamu pernah membaca legenda Sangkuriang karya Utuy
                    Tatang Sontani, di dalam cerita dikisahkan dan analisisnya:

                     “Sangkuriang mencintai Dayang Sumbi dan diketahui Sangkuriang adalah
                    anak kandung sendiri, sebagai reasing action. Dalam agama dan kepercayaan
                    mana pun bahwa anak akan mengawini Ibunya haram hukumnya.
                    Munculah sebuah permintaan, karena Dayang Sumbi sulit meyakinkan
                    pada anaknya, terjadi pengembangan konlik yang melibatkan Sangkuriang.
                    Permintaan sebagai suatu syarat bendunglah Sipatahunan dengan waktu
                    jangan sampai lewat fajar, agar kita dapat berlayar, berbulan madu naik
                    perahu. Sangkuriang, orang sakti, ia menyanggupinya. Sangkuriang pun
                    dengan bantuan para Guriang (dewa) membuat perahu dan membendung
                    Sipatahunan untuk dijadikan Situ. Di dalam cerita aslinya tidak digambarkan


                 208         Kelas X SMA / MA / SMK / MAK
   211   212   213   214   215   216   217   218   219   220   221