Page 394 - BUKU TANYA JAWAB SEPUTAR PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI TINGKAT PUSAT_Neat
P. 394

2.  mengecualikan ketentuan yang umum; atau
                3.  melengkapi ketentuan yang umum, namun masih mendasar-
                    kan pada asas-asas yang ada dalam ketentuan umum tersebut.
                Contoh:
                1.  KUHPerdata (bersifat “umum”) dan KUHDagang (bersifat
                    “khusus”).
                2.  Undang-undang umum perpajakan (bersifat “umum”) dan
                    undang-undang turunannya (bersifat “khusus”).
                3.  Undang-undang kekuasaan kehakiman (bersifat “umum”)
                    dan undang-undang turunannya (bersifat “khusus”).

            TEKNIK PENGACUAN

            Pertanyaan 280
            Apakah pengacuan dapat dilakukan ke pasal atau ayat yang terletak
            setelah pasal atau ayat yang bersangkutan?

                Jawaban:
                Pengacuan tidak dapat dilakukan ke pasal atau ayat yang terletak
                setelah pasal atau ayat yang bersangkutan.
                    Hal tersebut berdasarkan ketentuan dalam butir 279 Lampiran
                II UU P3 yang menyatakan untuk menghindari pengacuan ke
                pasal atau ayat yang terletak setelah pasal atau ayat yang bersang-
                kutan.


            Pertanyaan 281
            Bagaimana contoh perumusan pengacuan terhadap ketentuan pasal
            yang memuat norma tabulasi?
                Jawaban:
                Perumusan pengacuan terhadap ketentuan pasal yang memuat
                norma tabulasi sebagaimana contoh di bawah ini.




                           TEKNIK PENYUSUNAN PERUNDANG-UNDANGAN           339
   389   390   391   392   393   394   395   396   397   398   399