Page 62 - Tematik 5 Tema 7_Neat
P. 62
“Kau seharusnya toleransi pada kakakmu dong! Kan hari ini Kakak puasa, mana cuaca
panas lagi!” Teriak Ria, yang sudah berkeringat kepanasan di tengah puasanya.
“Kakak dong yang harus toleransi! Sah-sah saja dong aku minum di jam segini karena aku tak
bisa berpuasa!”
Mereka masih ribut dengan argumentasi mereka, sampai akhirnya keduanya memutus-
kan untuk saling tak menegur sampai hari esoknya. Bahkan di meja makan pun, mereka tetap tak
bertegur sapa sedikit pun. Kedua orangtua mereka, yang menyadari hal ini hanya bisa berdecak
curiga dalam hati mereka. Namun belum berpikir untuk menyampuri urusan keduanya, mereka
pikir semua ini akan berakhir besok pagi.
Tapi selepas hari, kejadian kembali terulang. Ketika itu, Ria baru saja pulang dari rumah
temannya, dan menemukan adiknya sedang makan nasi di kamar mereka. Mereka tidur seka-
mar, hal inilah yang membuat Ria kembali marah. Ditambah dengan kejadian kemarin yang be-
lum bisa dilupakannya. Ia bergeram dan meledak.
“Sudah kakak katakan kamu seharusnya toleransi!”
“Tapi di mana aku harus makan? Di ruang tamu takut Ibu dan Ayah yang melihat. Di kamar, kamu
tiba-tiba pulang..”
“Setidaknya makan atau minum ketika aku tidak melihat!” Ria tetap tak mau kalah.
“Mana kutahu kapan kau tak melihat!” Anna ikut berteriak.
Hal semacam ini terus terjadi selama beberapa hari kemudian. Mereka tak bertegur sapa,
dan akan saling berteriak begitu kejadian serupa terjadi lagi. Tapi sejujurnya, semua ini mem-
buat diri mereka sendiri merasa lelah. Selain karena tak bisa menyapa seperti biasa, mereka
menganggap pertengkaran ini hanya karena kesalahpahaman. Tapi mereka tak mencoba men-
gatakan masing-masing isi hati mereka, dan membiarkan diri mereka terus terjebak di dalam
lingkaran kesalahpahaman tersebut.
Sampai akhirnya, mereka menyaksikan sebuah berita di televisi. Ketika itu malam hari dan Ria baru
saja pulang dari tarawihnya, mereka duduk di kursi yang sama dan menyaksikan sebuah berita. Berita itu
menyebutkan, ada seorang ibu penjual nasi yang warungnya disita oleh petugas, hanya karena ia berjualan
di bulan puasa. Menyaksikan hal ini, keduanya merasa bodoh. Mereka pun saling menatap, berpikir betapa
mereka mencintai satu sama lain, dan saling meminta maaf.
“Maaf…” Ria sebagai kakak memulai. “Kurasa aku sangat bodoh, karena telah mengatakan yang tidak-tidak
terhadapmu. Kenapa kakak harus melarang kau makan? Karena jika Kakak memang ikhlas menjalankan
puasa ini, tak seharusnya kakak tergoda jika melihatmu melahap apapun.”
“Begitu juga aku,” kata Anna tak kalah menyesal. “Aku berjanji, akan sebisa mungkin tak terlihat oleh Kakak
ketika aku akan menyantap sesuatu. Maafkan aku, tak mencoba menghindar darimu…”
Mereka sadar, puasa bukan hanya tentang menahan lapar dan juga minum, tapi juga
benar-benar ikhlas ketika melakukannya. Mereka sadar pula, bahwa toleransi sesama manusia
sangat penting. Karena hanya toleransi, yang bisa menerima perbedaan. Dalam hidup ini, selalu
ada perbedaan. Harus ada toleransi, dalam setiap perbedaan.
Sumber: http://cerpenmu.com/cerpen-keluarga/toleransi.html
Carilah nilai-nilai yang sesuai dengan Pancasila pada teks di atas! Tuliskan pada buku tugasmu!
Daftar Pustaka
Amin Suprihatini dan Yudi Suparyanto. 2010. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Intan
Pariwara
A.T. Sugeng Priyanta dkk. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta : Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional
Darma, Yoce Aliyah. Dkk. 2007. Intisari Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.
Edi Warsidi dan Farika 2008. Bahasa Indonesia Membuatku Cerdas 5: untuk kelas V Sekolah
Dasar dan Madrasah Ibtidaiya. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional.
Hartono, Drs., Pancasila (Ditinjau dari Segi Historis). Reneka Cipta, Jakarta, 1992.
Nur’aini, Umri dan Indriyani. 2008. Bahasa Indonesia 5: untuk SD/MI kelas V. Jakarta: Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Rusmiyati, dkk. 2004. Bahasaku Bahasa Indonesia 1, 2, 3, 4, 5, dan 6. Jakarta: Bumi Aksara.
62 Tema 7 Peristiwa dalam Kehidupan untuk SD/MI Kelas V Semester Genap (Kurikulum 2013)