Page 29 - Modul Elektronik Mikrobiologi Daya Antibakteri Ekstrak Tanaman Jukut Pendul
P. 29
a b
Gambar 1.7 Foto mikroskopis dan Electron Micrograph dari S. aureus.
Keterangan: a. Sel bakteri S. aureus dalam pewarnaan secara gram (perbesaran 1000x)
(Pratap Singh et al., 2018).
b. Electron micrograph sel bakteri S. aureus (perbesaran 40.000x) (Yang et al.,
2017)
Salah satu bentuk infeksi kulit yang disebabkan oleh S. aureus yaitu
ditandai dengan terbentuknya abses. Abses ini terjadi sebagai respon
inflamasi akut akibat infeksi bakteri S. aureus. Proses terjadinya abses akibat
S. aureus dapat dilihat pada Gambar 1.8. Proses terjadinya abses ini diawali
dengan keratonosit yang memiliki reseptor untuk mendeteksi keberadaan
mikroba yang menyerang kulit kemudian memberikan sinyal respon
inflamasi (Kobayashi et al., 2015). Sinyal tersebut kemudian diterima oleh
system imun tubuh yang berada di kulit (Lacey et al., 2016). Selanjutnya
respon imun dari sel inang (kulit) menghasilkan peptida antimikroba yang
memiliki aktifitas langsung untuk melawan S. aureus, sehingga muncul ciri-
ciri terjadinya abses. Pusat abses mengandung cairan inflamasi yang terdiri
dari banyak polimorfonuklear leukosit (PMN), fibrin dan bakteri.
Pematangan abses disertai dengan proliferasi fibroblastik serta terjadi
pembentukan kapsul fibrosa. Infeksi pada kulit akibat bakteri S. aureus
terjadi di dermis, epidermis, atau jaringan subkutan dan sering kali disertai
dengan selulitis. Pembentukan abses adalah mekanisme yang digunakan
oleh inang untuk melawan bakteri patogen (Kobayashi et al., 2015).
21