Page 50 - 28. PERAN DOKTER MOHAMAD SALEH DALAM MEMPERJUANGKAN DAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN DI PROBOLINGGO Neat
P. 50

Modul Sejarah Kelas XI KD 3.6


                         Selama  berada  di  Probolinggo,  dr.  Mohamad  Saleh  sering

                  mengumpulkan  pemuda  dari  berbagai  suku  di  rumahnya,  yang  kini

                  dijadikan  museum.  Karena  itu,  tak  heran  bila  rumah  tersebut  dijuluki

                  sebagai  Rumah  Bhinneka  Tunggal  Ika.  dr.  Moh  Saleh  punya  11  anak.

                  Delapan  laki-laki  dan  tiga  perempuan.  Anak  ketiganya,  yakni

                  Abdulrachman  Saleh,  dijadikan  sebagai  nama  bandar  udara  (bandara)  di

                  Malang  dan  telah  ditetapkan  sebagai  pahlawan  nasional. Anak  laki-laki

                  lainnya, yakni Abdul Azis Saleh, disebut pernah menjabat sebagai Menteri

                  Kehakiman  di  masa  pemerintahan  Presiden  Soekarno  (Orde  Lama)  dan

                  Presiden Soeharto (Orde Baru).  Perintis Museum dr. Mohamad Saleh, Ade

                  S.  Permana  menyebutkan,  pahlawan  tanpa  tanda  jasa  ini  juga  merupakan

                  pendiri Palang Merah Indonesia. Juga pernah mendirikan Parindra.

                         Selama  di  Probolinggo,  dokter  Mohamad  Saleh  menetap  di  sebuah

                  rumah  di  jalan  Laoet  nomor  1.  Dirumah  ini  juga  beliau  mempersatukan


                  pemuda  dan  pemudi  berbagai  suku  di  Indonesia  yang  tinggal  di
                  Probolinggo,  sebagian  merupakan  keturunan  dari  tokoh-tokoh  pejauang


                  kemerdekaan yang kemudian diangkat sebagai anak oleh dokter Mohamad

                  Saleh.  oleh  karena  itu  rumah  tersebut  mendapat  julukan  sebagai  Rumah

                  Bhineka  Tunggal  Ika.  Selain  itu,  rumah  ini  juga  jadi  saksi  bisu  sejarah

                  berdirinya  partai  politik  pertama,  yaitu  Partai  Indonesia  Raya  (Parindra)

                  yang didirikan bersama dokter Soetomo.








                @2021, Universitas Jember, Pendidikan Sejarah                                                                                        50
   45   46   47   48   49   50   51   52   53   54   55