Page 62 - HUT DISPSIAD
P. 62
Dispsiad untuk Negeri
Dengan demikian, pelayanan kesehatan terhadap Anggapan-anggapan tersebutlah yang sering
pasien COVID-19 di RSDC Wisma Atlet dilakukan muncul pada para pasien sebelum mereka
secara berkesinambungan baik dari sisi pengobatan memasuki RSDC Wisma Atlet untuk melaksanakan
medis (sik) maupun mental (psikologis) untuk isoman. Mereka merasa stres, cemas, dan takut
memberikan pelayanan dan kesembuhan yang apabila melaksanakan isoman di Wisma Atlet.
diharapkan atau maksimal. Sejak saat itu, maka Apalagi sebelum Hari Raya Idul Fitri tahun 2021,
pada tanggal 17 April 2020, terdapat permintaan banyak pasien yang meninggal dunia. Selain itu,
tenaga psikologi (Psikolog) untuk membantu dalam ketika privasinya atau satus positifnya bocor
penanganan COVID-19 di RSDC Wisma Atlet kepada publik, seperti tetangga dan teman, akan
Kemayoran sampai berakhirnya masa penugasan membuat mereka malu dan khawatir akan ber-
Satgaskes TNI di RSDC Wisma Atlet Kemayoran. dampak dikucilkan oleh lingkungannya.
Dalam kondisi tersebut, dapat timbul sikap tidak
jujur pada diri mereka dengan kondisinya saat itu.
Mereka akan cenderung menyembunyikan atau
merahasiakan riwayat perjalanan mereka sebelum-
nya dan dengan siapa mereka pernah kontak.
Sedangkan bagi masyarakat luas, hal ini dapat
menimbulkan perasaan tertekan, stres dan cemas
dengan pemberitaan mengenai meningkatnya
jumlah penderita COVID-19. Kondisi tersebut diper-
parah dengan pemberitaan yang simpang siur atau
kurang tepat, bahkan negatif tentang RSDC yang
dapat mempengaruhi hormon stres para pasien,
sehingga menyebabkan sistem imun yang menurun
dan proses penyembuhan yang semakin lama.
Kondisi seperti inilah yang membuat para pasien
membutuhkan dukungan secara Psikologi. Para
Psikolog Militer (Pocong Militer) yang tergabung
dalam Tim Psikologi Kesehatan Mental berusaha
melakukan berbagai kegiatan yang berupa
dukungan dan bantuan pelayanan psikologi bagi
seluruh pasien dan tenaga kesehatan di RSDC
Wisma Atlet Kemayoran. Kegiatan atau dukungan
Berdasarkan orientasi tugas yang dilaksanakan
dan wawancara yang dilakukan oleh tim psikologi ini dilakukan secara bergantian dengan melibatkan
kepada beberapa pasien, kebijakan-kebijakan para Psikolog dan Sarjana Psikologi dari dua matra
seperti social distancing, physical distancing, TNI yaitu TNI-AD dan TNI-AU. Selain dari TNI, tugas
hingga lockdown membuat para pasien merasa tersebut juga dibantu perkuatan Relawan dari
stress. Hal ini dikarenakan pergerakan dan Kementerian Kesehatan dan Himpunan Psikologi
kegiatan mereka terbatas dengan adanya aturan Indonesia (Himpsi). Dalam kegiatan pendampingan
aturan dan kebijakan tersebut. Beberapa anggapan psikologi ini, segenap sumber daya yang ada
yang dilontarkan para pasien seperti: saling berkolaborasi dan bekerja sama agar dapat
memberikan pelayanan psikologi secara maksimal
“Kalo isolasi di Wisma Atlet dan optimal.
pasti lama untuk sembuhnya”
Dalam menangani permasalahan psikologis di
“Isoman di Wisma Atlet RSDC Wisma Atlet Kemayoran, Tim Psikologi
terlalu banyak kontak dengan Kesehatan Mental, berusaha melanjutkan kegiatan-
orang yang terpapar covid, kegiatan positif yang dilakukan oleh tim sebelum-
harusnya sudah sembuh, nya. Para pocong militer dan tim juga berusaha
eh malah bisa jadi positif lagi” membuat inovasi dan gebrakan baru untuk mem-
berikan dukungan psikologi kepada para pasien.
“Fasilitas di Wisma Atlet kurang lengkap. Dukungan psikologi ini diberikan untuk menurun-
Perawat dan relawannya kurang berpengalaman” kan tingkat stres dan kecemasan para pasien.
Apabila tingkat stress dan kecemasan mereka
“Banyak terjadi pelecehan kepada para pasien turun ini akan membantu mereka untuk meningkat-
atau relawan di Wisma Atlet” kan imunitasnya.
Hal: 57| DISPSIAD UNTUK NEGERI