Page 16 - Beberapa Pemikiran Status Tanah dan Dinamikanya
P. 16

Bagian 1


            Tanah Negara dan Ruang lingkupnya









            Pendahuluan

                Pasal  33  ayat  (3)  UUD  Negara  Republik  Indonesia  Tahun
            1945 yang menjadi dasar Hak Menguasai Negara: Bumi dan air dan
            kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara
            dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
            Konsep dasar pertanahan tersebut berpedoman pada pengertian bumi
            sebagaimana ketentuan dalam Pasal 1 ayat (4) UUPA yang mempunyai
            makna: Meliputi permukaan bumi, termasuk pula tubuh bumi di
            bawahnya serta yang berada di bawah air.

                Dalam dinamikanya Mahkamah Konstitusi memberikan tafsir
            Hak  Menguasai  Negara  yang  tertuang  dalam Putusan  MK  (PUU
            No.: 58/PUU11/2004, Judicial Review UU No. 7/ 2004 tentang
            Pengelolaan Sumber Daya Air yang diajukan oleh  YLBHI dengan
            beberapa Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) lainnya. UU No. 22/
            2001 tentang Minyak Bumi dan Gas Alam dengan PUU No.: 59/
            PUU-II/2004 yang diajukan oleh Walhi dan beberapa Ormas lainnya.
            UU No. 20/ 2002 tentang Ketenagalistrikan dengan PUU No.: 60/
            PUU-11/2004 oleh Zumrotun, dkk., dari kelompok petani, PUU
            No. 63/PUU-11/2004 oleh Suta Widhya dari masyarakat dan PUU
            No. 08/PUU-11/2005 oleh Suyanto, dkk (2.063 orang pemohon).
            Tafsir MK tersebut memutuskan bahwa:  Pertama, MK melakukan
            penegasan bahwa setiap penafsiran di dalam ketentuan UUD 1945
            harus dikontekskan ke dalam tujuan hidup berbangsa dan bernegara
            yang tercantum di dalam aliena ke-empat UUD 1945; Kedua, oleh
            karenanya melakukan penafsiran terhadap Pasal 33 juga tidak dapat




                                           1
   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21