Page 21 - Beberapa Pemikiran Status Tanah dan Dinamikanya
P. 21

Dengan  demikian  jika  dalam  praktik  masih  ditemukan  para
            Praktisi (Birokrasi/eksekutif, Hakim maupun Advokat, dll), masih
            menggunakan ketentuan Buku II KUH Perdata khususnya menyangkut
            Pasal-Pasal yang sudah dinyatakan tidak berlaku sepenuhnya tersebut
            dalam penanganan perkara, tentu merupakan kesalahan yang fatal dan
            menyesatkan.

            Arti Pentingnya Status Tanah

                Membahas tentang Tanah Negara, juga merupakan suatu kegiatan
            melakukan identifikasi karakteristik dari status tanah. Status tanah
            adalah menilai kedudukan tanah berdasarkan hukum yang berlaku.
            Status tanah ini penting untuk mengetahui apakah ada hubungaan
            hukum di antara subjek hak dengan objek hak dan bilamana ada,
            sejauhmana hubungan hukum yang terdapat di antara subjek hak
            dengan objek hak. Arti pentingnya memahami status tanah tidak lain
            adalah agar seseorang dapat menentukan sejauhmana kedalaman Hak
            Menguasai dari Negara (HMN) atas tanah berlaku terhadap bidang
            tanah atau bentang lahan atau kawasan tertentu. Bagi tanah yang
            berstatus sebagai tanah hak misalnya, kedalaman keberlakuan HMN
            itu tidak seintensif pada tanah yang berstatus tanah negara. Bahkan,
            pada tanah yang berstatus sebagai tanah negara pun, kedalaman
            keberlakuan HMN juga bervariasi. Sebab ada juga tanah negara yang
            sudah memiliki penguasaan fisik di atasnya dan ada juga yang belum
            memiliki penguasaan fisik di atas tanah itu.

            Pengertian Tanah Negara

                Pasal 1 huruf a PP Nomor 8 Tahun 1953 tentang Penguasaan
            Tanah-Tanah Negara: tanah yang dikuasai penuh oleh Negara.
            Penjelasan Umum angka 1 PP Nomor 8 Tahun 1953: Pasal 1 Agrarisch
            Besluit: semua tanah yang bebas sama sekali daripada hak-hak
            seseorang (baik yang berdasar atas hukum adat asli Indonesia), maupun
            yang berdasar atas hukum barat, dianggap sebagai tanah negara atau
            “vrij Landsdomein”  “vrij Landsdomein” dalam Staatblad 1911 No.




                                           6
   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26