Page 12 - Laporan Observasi Macan Tutul Gunung Sawal
P. 12

Direktorat  Perlindungan  dan  Pengawetan  Alam  (PPA)  yang  Menyusun  rencana

                    pengembangan kawasan-kawasan konservasi di Indonesia yang dibantu oleh Food and
                    Agriculture  Organisation/United  nations  Development  Programme  (FAO/UNDP)  dan

                    berbagai penyelamatan satwa terancam punah dengan bantuan World Wildlife Founder
                    for  nature  (WWF),  yang  kemudian  berbagai  kebijakan  BKSDA  melalui  Keputusan

                    Menteri  Pertanian  Nomor  429/Kpts/Org/7/1978.  Gunawan  (2019)  juga  menuturkan
                    terkait upaya konservasi Panther pardus melas pada masa Pemerintahan Hindia belanda

                    yang terdapat pada UU No. 497 tahun 1909, UU No. 234 Tahun 1924, dan UU No. 134

                    Tahun  1931  yang  memproklamirkan  bahwa  Panthera  pardus  melas  sebagai  satwa
                    dilindungi.

                            Selain  itu,  berdasarkan  wawancara  dengan  pihak  MMP  (Masyarakat  Mitra

                    Polhut)  Suaka  Marga  Satwa  Gunung  Sawal,  Ihsan  Jaya  menerangkan  bahwa  BKSDA
                    sedang melakukan upaya konservasi melalui edukasi terkait konservasi. Sari, dkk (2020)

                    juga menerangkan bahwa manusia memiliki kewajiban dalam upaya konservasi. Edukasi
                    kepada  masyarakat  sangat  penting  untuk  memberikan  stimulus  kesadaran  masyarakat

                    akan pentingnya satwa di gunung Sawal. Berdasarkan hasil penelitian Andina & Hero
                    (2021)  hal  ini  dapat  meningkatkan  statement  positif  masyarakat  terhadap  Panthera

                    pardus  melas,  seeprti  memaklumi  apabila  Macan  memakan  hewan  ternak  milik

                    masyarakat  karena  Macan  selayaknya  hidup  serperti  itu  dan  masyarakat  menyadari
                    bahwa  mereka  beternak  di  dekat  habitat  Panthera  pardus  melas.  Selain  itu,  Panthera

                    pardus melas memberikan keuntungan ekonomi, pendidikan, nilai satwa, dan masyarakat
                    telah  memberikan  kepercayaan  kepada  pihak  konservasi  dalam  menangani  konflik

                    manusia dengan Panthera pardus melas.


               D.  Sosial Ekonomi Masyarakat
                    1.  Kondisi Umum Masyarakat

                                Sebagian besar mata pencaharian masyarakat Pasir Tamiang adalah sebagai

                        petani  dan  peternak.  Di  daerah  tersebut  juga  masyarakat  jarang  mengalami
                        kekurangan  sumber  air  karena  lokasinya  yang  berada  di  kaki  Gunung  Sawal  dan

                        beberapa jam dari pemukiman masyarakat di dalam Gunung Sawal tersebut terdapat
                        Curug Tilu yang memang biasanya menjadi aliran air asli pegunungan.

                    2.  Interaksi Masyarakat dengan Satwa/Vegetasi (Tergantung Lokasi)
                                Khusunya bagi masyarakat petani di daerah blok Pasir Tamiang kawasan

                        Gunung Sawal, mereka beranggapan bahwa jika ada babi hutan itu artinya Macan



                                                            7
   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17