Page 64 - ski kls 9
P. 64

F. Rangkuman






                                       Syaikh Muhammad Arsyad al-Banjari


                       yaikh Muhammad Arsyad al-Banjari lahir di desa Lok Gabang pada hari kamis dinihari 15
                       Safar 1122 H, bertepatan 19 Maret 1710 M. Sejak kecil ia mempunyai bakat di bidang seni
                Slukis dan kaligrafi (Khat). Muhammad Arsyad al-Banjari, ketika berumur 7 tahun, dijadikan
                 anak angkat oleh Sultan Tahmidullah (Sultan Kerajaan Banjar saat itu) karena Sultan sangat terpesona
                 melihat hasil lukisan beliau yang indah nan menawan.

                 Menginjak dewasa, beliau merantau ke negeri Arab (Makkah) untuk menuntut agama Islam lebih
                 mendalam. Di antara guru beliau ketika di Makkah adalah Syaikh ‘Athoillah bin Ahmad al Mishry, al
                 Faqih Syaikh Muhammad bin Sulaiman al Kurdi dan al ‘Arif Billah Syaikh Muhammad bin Abd.
                 Karim al Samman al Hasani al Madani.


                 Ketika di Makkah bawah bimbingan al ‘Arif Billah Syaikh Muhammad bin Abd. Karim al Samman
                 al Hasani al Madani, Muh. Arsyad melakukan suluk dan khalwat, sehingga mendapat ijazah darinya
                 dengan kedudukan sebagai khalifah  thariqah  Sammaniyah.  Menurut riwayat,  Khalifah  al Sayyid
                 Muhammad al Samman di Indonesia pada masa itu, hanya empat orang, yaitu Syaikh Muhammad
                 Arsyad al Banjari, Syaikh Abd. Shamad al Palembani (Palembang), Syaikh Abd. Wahab Bugis dan
                 Syaikh Abd. Rahman Mesri (Betawi). Mereka berempat dikenal dengan “Empat Serangkai dari Tanah
                 Jawi” yang sama-sama menuntut ilmu di al Haramain al Syarifain.

                 Setelah 35 tahun lamanya menimba ilmu di Makkah, rindu akan kampung halamannya, pada bulan
                 Ramadhan 1186 H bertepatan 1772 M, sampailah Muh. Arsyad di kampung halamannya Martapura
                 pusat Kerajaan Banjar pada masa itu.


                 Ketika perjalanan pulang dari Makkah ke Martapura, Muh. Arsyad singgah di Betawi. Salah satu
                 peristiwa penting selama  di Betawi adalah  ketika  Syaikh Muhammad Arsyad membetulkan  arah
                 kiblat Masjid Jembatan Lima, Masjid Luar Batang dan Masjid Pekojan. Untuk mengenang peristiwa
                 tersebut,  masyarakat  sekitar  Masjid Jembatan  Lima menuliskan  di atas  batu  dalam  aksara Arab
                 Melayu (tulisan Jawi) yang bertuliskan bahwa kiblat masjid ini telah diputar ke kanan sekitar 25
                 derajat oleh Muhammad Arsyad Al-Banjari pada tanggal 4 Safar 1186 H.

                 Sultan  Tamjidillah (Raja Banjar) menyambut  kedatangan  beliau dengan upacara adat kebesaran.
                 rakyat Banjar memberinya julukan “Matahari Agama” yang cahayanya diharapkan menyinari seluruh
                 Kerajaan Banjar. Aktivitas beliau sepulangnya dari Tanah Suci dicurahkan untuk menyebarluaskan
                 ilmu  pengetahuan  yang  diperolehnya.  Yaitu  kepada  keluarga,  kerabat  ataupun  masyarakat  pada
                 umumnya. Bahkan, sultanpun termasuk salah seorang muridnya sehingga jadilah dia Raja yang ‘alim
                 lagi wara’.


                  58     Buku Siswa Madrasah Tsanawiyah






       ski siswa kls 9.indd   58                                                                                  6/16/16   7:30 PM
   59   60   61   62   63   64   65   66   67   68   69