Page 82 - ski kls 9
P. 82

yang besar pada Darwis. Jiwa dan pemikirannya penuh disemangati oleh aliran pembaharuan ini yang
                 kelak kemudian hari menampilkan corak keagamaan yang sama, yaitu melalui Muhammadiyah, yang
                 bertujuan untuk memperbaharui pemahaman keagamaan (keislaman) di sebagian besar dunia Islam
                 saat itu yang masih bersifat ortodoks (kolot). Ortodoksi ini dipandang menimbulkan kebekuan ajaran
                 Islam, serta stagnasi dan dekadensi (keterbelakangan) ummat Islam. Oleh karena itu, pemahaman
                 keagamaan yang statis ini harus dirubah dan diperbaharui, dengan gerakan purifikasi atau pemurnian
                 ajaran Islam dengan kembali kepada al-Qur’an dan al-Hadis.

                 Pada usia 20 tahun (1888 M), ia kembali ke kampungnya, dan
                 berganti nama Haji Ahmad Dahlan (suatu kebiasaan dari orang-
                 orang Indonesia yang pulang  haji,  selalu  mendapat  nama  baru
                 sebagai pengganti nama kecilnya). Sepulangnya dari Makkah ini,
                 iapun diangkat menjadi Khatib Amin di lingkungan Kesultanan
                 Yogyakarta.  Pada tahun  1902-1904, ia  menunaikan  ibadah  haji
                 untuk kedua kalinya yang dilanjutkan dengan memperdalam ilmu
                 agama kepada beberapa guru di Makkah.


                 Sepulang dari Makkah, ia menikah dengan Siti Walidah, saudara
                 sepupunya sendiri, anak Kiai Penghulu Haji Fadhil, yang kelak
                 dikenal  dengan Nyai  Ahmad Dahlan, seorang Pahlawanan
                 Nasional dan pendiri  Aisyiyah. Dari perkawinannya dengan Siti  Walidah,  KH.  Ahmad Dahlan
                 mendapat enam orang anak yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, Siti
                 Zaharah. Di samping itu, KH. Ahmad Dahlan pernah pula menikahi Nyai Abdullah, janda H. Abdullah.
                 Ia juga pernah menikahi  Nyai Rum, adik Kiai Munawwir Krapyak. KH.  Ahmad Dahlan juga
                 mempunyai putera dari perkawinannya dengan Ibu Nyai Aisyah (adik Ajengan Penghulu) Cianjur
                 yang bernama Dandanah. Beliau pernah pula menikah dengan Nyai Yasin, Pakualaman Yogyakarta.

                 Pada tahun 1912, Ahmad Dahlan mendirikan organisasi Muhammadiyah untuk melaksanakan cita-
                 cita pembaharuan Islam di Nusantara. Ahmad Dahlan ingin mengadakan suatu pembaharuan dalam
                 cara berpikir dan beramal menurut tuntunan agama Islam. Ia ingin mengajak ummat Islam Indonesia
                                              untuk kembali  hidup menurut tuntunan  Al-Qur’an dan  Al-Hadis.
                                              Perkumpulan ini berdiri pada tanggal 18 Nopember 1912. Sejak awal
                                              Dahlan  telah  menetapkan  bahwa  Muhammadiyah  bukan  organisasi
                                              politik tetapi bersifat sosial dan bergerak di bidang pendidikan.

                                              Gagasan pendirian  Muhammadiyah  oleh  Ahmad Dahlan ini juga
                                              mendapatkan tentangan dan perlawanan baik dari keluarga maupun
                                              dari masyarakat sekitarnya, bahkan ada pula orang yang hendak
                                              membunuhnya. Namun rintangan-rintangan  tersebut dihadapinya
                                              dengan  sabar. Keteguhan  hatinya  untuk  melanjutkan cita-cita  dan
                                              perjuangan  pembaharuan  Islam di tanah air bisa mengatasi  semua
                                              rintangan tersebut.



                  76     Buku Siswa Madrasah Tsanawiyah






       ski siswa kls 9.indd   76                                                                                  6/16/16   7:30 PM
   77   78   79   80   81   82   83   84   85   86   87