Page 98 - Level B1_Isi APa yang lebih seru? SIBI.indd
P. 98

“Hmm.” Gendhis hanya menggumam tak peduli. Dia                                 Gendhis menutup wajahnya, dan mulai menangis.
             bahkan tak melihat padaku.                                                     Aduh, gawat ini. Teman-teman lain mengerubungi Gendhis.
                                                                                            Sambil terisak, Gendhis bilang bahwa ternyata simbahnya
                 Aku merasa ada yang janggal pada Gendhis, tetapi
                                                                                            tak punya uang sama sekali untuk membayar piknik.
             keinginanku untuk menceritakan temuanku semalam
             mengalahkan rasa penasaranku.                                                      “Kan hanya seratus ribu? Minta saja pada bapakmu,”
                                                                                            tiba-tiba ada yang menceletuk.
                 Aku pun mulai bercerita panjang lebar, yang kuawali
             dengan menunjukkan video orang berbaju hijau di pantai                             Aku sontak menoleh pada temanku itu. Aku
             selatan. “Jadi, tidak benar kalau Nyi Roro Kidul akan                          mengedipkan mata, memberi kode agar dia tak meneruskan
             menyer  orang-or      T  buktiny                                               ucapannya. Sayang, Gendhis sudah mendengar celetukan
                                                                                            itu dan tangisnya bertambah keras.
             itu. Aman-aman saja, kok. Namun, sebaiknya memang
             kita jangan memakai baju hijau,” ujarku penuh semangat.                            “Huaaaaa, bapakku saja malah merampas uang
                                                                                            PIPku!” serunya.
                 “Ya, ada yang mau percaya pada mitos, silakan.
             Yang tidak percaya, silakan. Namun, sebaiknya jangan                               Kami semua terdiam, tak berani bicara. Takut salah.
             menghina atau menantang kepercayaan di suatu daerah.                           Tiba-tiba aku punya ide. Aku menyenggol lengan Wira dan
             Saru!” sahut Wira.                                                             berbisik, “Bagaimana jika kita patungan saja membiayai
                                                                                            piknik Gendhis?”
                 “Jadi, kita pakai seragam warna apa?” tanyaku.
                                                                                                Wira  setuju.  Dia  lalu  melakukan  bisik  berantai  ke
                 Wira  menoleh  pada  Gendhis,  tetapi  Gendhis
                                                                                            teman-teman lain. Kulihat semuanya mengangguk setuju.
             sepertinya tak menyimak pertanyaanku. Tatapannya sayu
             dan  kosong.  Wira  mengangkat  bahu  serta  menatapku                             “Ndhis, jangan nangis lagi. Kami semua akan
             dengan tatapan bertanya-tanya.                                                 patungan membayari piknikmu. Kamu kan teman kami,
                                                                                            kita harus kompak. Berat sama dipikul, ringan sama
                 “Jingga saja, ya? Aku enggak mau pakai jambon,”                            dijinjing. Pokoknya kamu harus ikut,” kataku.
             kataku lagi. Tak kuduga, Gendhis mendengus kesal dan
                                                                                                Gendhis membelalak tak percaya. Tiba-tiba saja
             menghentakkan kakinya.
                                                                                            dia berteriak, “Matur nuwuuuuun! Terima kasih, teman-
                 “Sak karepmu, sesuka hatimu saja! Aku tidak akan                           temanku semua!” Dalam sekejap, tangisnya berubah
             ikut piknik!” teriaknya.                                                       menjadi tawa berderai.
                 Aku  dan  Wira  saling  berpandangan.  Bukankah                                Kami semua lega dan mulai mengumpulkan uang.
             kemarin Gendhis amat bersemangat membahas piknik                               Seribu, dua ribu, lima ribu, semua anak berbagi sedikit
             ini? Mengapa sekarang dia malah memutuskan tidak ikut?                         uang sakunya.




              90      Misteri Drumben Tengah Malam                                                                  Bab 12 Menolong Gendhis  91
   93   94   95   96   97   98   99   100   101   102   103