Page 180 - Level B1_Isi APa yang lebih seru? SIBI.indd
P. 180

“Ih, kamu atuh yang berangkat. Baru juga duduk.”                            berenang  di  Sungai  Ciwulan,  merasakan  tekstur

                Jalu  mendengar  lontaran  ketus  Ijad  dari  layar                         bebatuan kali yang berserak di dalamnya. Jalu bahkan
            ponselnya. Layar persegi yang awalnya dipenuhi wajah                            merindukan setiap detail yang ada di Kampung Naga.
            Ijad, kini dipenuhi gambar rambut. Ijad sedang menoleh                          Kampungnya yang hening. Kampung yang berada di
            ke arah Utari di belakangnya. Selanjutnya, bisa ditebak.                        balik pepohonan dan hiruk-pikuk kota.
            Ijad dan Utari saling berdebat dan berseteru.                                       Rasa  rindu  itu  membuat  Jalu  seperti  melihat

                Jalu tertawa melihat Utari naik pitam mendengar                             Kampung     Naga    di   mana-mana.    Dia   selalu
            jawaban  Ijad.  Jalu  kangen  berada  di  antara  dua                           membandingkan  ini  dan  itu,  tanpa  diminta.  Dan
            sahabatnya. Dia merindukan saat-saat sibuk melayani                             itu  membuat  rindunya  kian  membuncah.  Termasuk
            pesanan,  berdiskusi,  bahkan  berdebat  dengan  Ijad                           kunjungannya ke Desa Shirakawa, kali ini.
            dan Utari. Dia bahkan merindukan tekstur anyaman                                    “Bah,” kata Jalu tersendat.
            bambu,  solatip  untuk  merekatkan  pembungkus,  dan                                “Abah tahu,” timpal Abah seraya tersenyum. “Anak
            bunyi ‘ting’ tanda pesanan datang.                                              Abah sudah besar.”

                Ambu. Uwak Tatang. Tetangga.
                Jalu merindukan sayur gembrung buatan Ambu.
            Jalu juga merindukan keterlibatannya di setiap upacara                                             T A M A T
            hajat sasih, menjadi asisten Uwak Tatang. Jalu bahkan
            merindukan senyum para tetangga yang selalu ramah
            padanya,  menanyakan  kabar,  juga  selalu  penasaran
            dengan apa yang dilakukannya. Meski tampak terlalu
            kepo,  tetapi  Jalu  merasa  lebih  baik  dibandingkan
            di  Jepang.  Orang-orang  Jepang  tidak  gampang
            tersenyum pada orang asing. Itu membuatnya merasa
            makin terasing.

                Hutan Biuk. Sungai Ciwulan. Kampung Naga.
                Jalu  merindukan  tebak-tebakan  suara  alam
            yang  dibocorkan  oleh  Hutan  Biuk.  Dia  merindukan


            172       Mengejar                                                                                                   Epilog  173
                      Haruto
   175   176   177   178   179   180   181   182   183   184   185