Page 296 - Islam-BS-KLS-X
P. 296

menebar kemuliaan, sehingga Islam dapat diterima sebagai sebuah agama
                    dengan pesan damai, bukan sebaliknya, Islam dipandang sebagai kelompok
                    ekstrim dan radikal karena sikapnya terhadap umat dan golongan lain yang
                    sekiranya berbeda.
                    2.  Sunan Ampel
                       Nama asli dari Sunan Ampel adalah Raden
                    Rahmat. Ia lahir pada tahun 1401 M kemudian
                    datang ke pulau Jawa sekitar tahun 1443 M., dan
                    meninggal pada tahun 1481 M. di Demak dan
                    dimakamkan di Ampel, Surabaya. Ia merupakan
                    putra Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik) dari
                    seorang istri yang berasal dari Negeri Champa.
                    Para sejarawan kesulitan untuk menentukan           Gambar 10.8
                    Negeri Champa tersebut, namun sebagian mereka
                    berkeyakinan bahwa Champa yang dimaksud adalah sebutan sebuah daerah
                    bernama Jeumpa di Aceh.
                       Ayah Sunan Ampel adalah Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik). Ibunya
                    bernama Dewi Candrawulan. Sunan Gresik memiliki dua orang istri yaitu Dewi
                    Candrawulan dan Dewi Karimah. Dengan Dewi Karimah ia memiliki dua
                    orang putra yaitu Dewi Murtasih (istri Raden Fatah, sultan pertama kerajaan
                    Demak Bintoro) dan Dewi Murtasimah (istri Raden Paku/Sunan Giri).
                       Dengan istri kedua Dewi Candrawulan, ia memiliki lima orang putera yaitu
                    Siti Syareat, Siti Mutmainah, Siti Sofiah, Raden Maulana Makdum Ibrahim
                    (Sunan Bonang) serta Syarifudin atau Raden Kosim (Sunan Drajat).
                       Sunan Ampel hidup pada zaman Majapahit yang mengalami kemunduran
                    drastis pasca ditinggal wafat Maha Patih Gajah Mada dan Prabu Hayam Wuruk.
                    Majapahit terpecah karena terjadi banyak perang saudara dan para adipati
                    tidak loyal lagi kepada pemerintah kerajaan. Pembayaran pajak dan upeti
                    tidak sampai ke kerajaan dan lebih sering dinikmati oleh para adipati. Kaum
                    bangsawan dan para pangeran juga memiliki kebiasaan buruk dengan berpesta
                    pora, berjudi dan mabuk-mabukan. Prabu Brawijaya yang melanjutkan
                    pemerintahan Prabu Hayam Wuruk menyadari bahwa apabila kebiasaan
                    tersebut dilanjutkan, maka negara akan menjadi lemah, dan jika negara lemah,
                    dengan mudah musuh akan menghancurkan kerajaan Majapahit.
                       Berdasarkan pada situasi yang memprihatinkan tersebut, kerajaan akhirnya
                    memanggil Raden Rahmat putra dari Dewi Candrawulan di Negeri Champa
                    yang terkenal sebagai seseorang yang mendidik dan mengatasi kemorosotan
                    moral di kalangan masyarakat. Pada Babad Diponegoro disebutkan bahwa





                   280    Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk SMA/SMK Kelas X
   291   292   293   294   295   296   297   298   299   300   301