Page 297 - Islam-BS-KLS-X
P. 297

akhirnya Raden Rahmat (Sunan Ampel) memiliki pengaruh yang cukup
                       kuat di kerajaan Majapahit. Meskipun Raja Brawijaya menolak masuk Islam,
                       namun ia memberikan keleluasaan kepada Sunan Ampel untuk mengajarkan
                       Islam kepada rakyatnya, asalkan dilakukan dengan tanpa paksaan. Dan selama
                       tinggal di Majapahit, Raden Rahmat dinikahkan dengan Nyi Ageng Manila,
                       puteri Bupati Tuban. Sejak saat itulah gelar kerajaan melekat di depan namanya,
                       diperlakukan sebagai keluarga keraton Majapahit dan semakin disegani oleh
                       masyarakat.
                          Raden  Rahmat   kemudian  membangun    pesantren  sebagai  lembaga
                       pendidikan untuk terus mengajarkan nilai-nilai Islam kepada masyarakat,
                       sehingga Islam semakin berkembang di wilayah Ampel. Pesantren tersebut
                       mengadopsi konsep pusat pendidikan yang telah berdiri pada masa Hindu
                       Budha. Ia tidak pernah memaksanakn ajaran-ajaran lama untuk serta-merta
                       dihapuskan. Bahkan ia justru menjadikannya sebagai sarana untuk mengenalkan
                       Islam. Misalnya penamaan tempat ibadah dari kata ‘sanggar’ pada era Hindu
                       Budha diganti menjahi ‘langgar’. Kata ‘shastri’ yang merujuk pada orang-orang
                       yang membaca kitab suci agama Hindu diubah menjadi ‘santri’ yaitu orang-
                       orang yang sedang memperdalam ajaran Islam, menggunakan istilah untuk
                       salat dengan kata sembahyang yaitu berasal dari kata ‘sembah’ dan hyang.
                          Sunan Ampel memiliki toleransi yang tinggi dengan tidak pernah
                       mempermasalahkan adanya perbedaan. Siapa saja baik itu keluarga kerajaan,
                       bangsawan, hingga rakyat yang paling rendah sekalipun bisa menjadi pemeluk
                       agama Islam. Sehingga karena hal itulah nama dan ajaran yang dibawa oleh
                       Sunan Ampel semakin dikenal luas oleh masyarakat.
                          Sunan Ampel mengenalkan ajaran yang sangat berkaitan dengan kebiasaan
                       masyarakat kala itu, yaitu ajaran Moh Limo. Moh Limo berasal dari bahasa
                       Jawa yaitu emoh (tidak mau) dan limo (lima). Artinya ajaran yang mengajak
                       masyarakat untuk tidak melakukan lima hal yang tercela. Kelima hal tersebut
                       adalah:
                       1)  Moh main yaitu tidak mau berjudi, mengundi nasib dan memasang taruhan
                       2)  Moh ngombe yaitu tidak mau mabuk, minum-minuman keras dan
                          mengkonsumsi arak/tuak.
                       3)  Moh maling yaitu tidak mau mencuri dan mengambil barang yang bukan
                          miliknya.
                       4)  Moh madat yaitu menolak untuk merokok, menggunakan narkotika dan
                          hal-hal lain yang memabukkan
                       5)  Moh madon yaitu menolak untuk bermain perempuan yang bukan istrinya.
                          Ada beberapa hal yang mempengaruhi berkembangnya Islam pada masa
                       kerajaan Majapahit yang saat itu bernapaskan agama Hindu. Di antaranya




                                              Bab 10 |  Peran Tokoh Ulama dalam Penyebaran Islam di Indonesia  281
                                                     (Metode Dakwah Islam Oleh Wali Songo di Tanah Jawa)
   292   293   294   295   296   297   298   299   300   301   302