Page 188 - Bahasa_Indonesia_BS_KLS_X_Rev
P. 188

Padahal, tradisi kaum bangsawan pada masa itu melarang keras putri-
                   putrinya ke  luar  rumah, apalagi  datang  ke  sekolah  setiap  hari  untuk
                   belajar bersama anak laki-laki.

                       Hari-hari  Kartini  bersama adik-adiknya dipenuhi  kegiatan, mulai
                   membaca Al-Qur’an, belajar   bahasa Jawa, hingga berlatih  menyulam
                   dan menjahit. Hari  Minggu, ia terbebas  dari  kegiatan belajar. Waktu
                   libur ini dimanfaatkan Kartini untuk mengajari adik-adiknya memasak
                   resep-resep  masakan Jawa dan Eropa. Makanan mereka disukai      oleh
                   semua anggota keluarga.
                       Kartini  muda sudah  bisa menyeleksi  dan mengkritik buku-buku
                   yang dibacanya. Ia sangat menikmati bacaan-bacaan yang penuh dengan
                   pengetahuan. Buku-buku     tersebut  akan dibacanya dan dibuatkan
                   catatan kecil yang berisi tema-tema penting. Isi buku catatan mencakup
                   perilaku yang baik, pandangan hidup yang bisa dijadikan contoh, serta
                   jiwa dan pikiran besar yang nantinya akan dipelajarinya kembali.
                       Berita tentang  keinginan Kartini  melanjutkan pendidikan menjadi
                   bahan pembicaraan di Hindia Belanda dan di Belanda karena kunjungan
                   Van Kol ke Jepara diberitakan dalam surat kabar De Loco-Motief tanggal
                   25 April 1902. Wartawan Stoll memuat secara jelas materi pembicaraan
                   Van Kol  dengan Kartini  tentang  usaha memajukan kaum    perempuan
                   dan keinginannya belajar ke negeri Belanda.
                       Kartini  pernah  mengirimkan surat    kepada pemerintah    untuk
                   membuka sekolah     yang  ditujukan kepada anak-anak gadis. Sekolah
                   ini menekankan pada pembinaan budi pekerti dan karakter anak. Juni
                   1903, kegiatan persekolahan dimulai    dengan mengambil    tempat di
                   pendopo Kabupaten Pengelolaan sesuai dengan gagasan yang ada dalam
                   dirinya. Murid-murid sekolah umumnya anak-anak priyayi yang ada di
                   kota Jepara.

                       Pada tanggal  8  November  1903, Kartini  menikah  dengan Bupati
                   Rembang, Raden Adipati Djojo Adiningrat. Pernikahan dilaksanakan di
                   Jepara secara sederhana dan dihadiri  kerabat  dekat  kedua mempelai.
                   Pada tahun yang   sama, aktivitas  keseharian Kartini  mulai  terhambat

                   setelah  mengandung   pertamany  Kondisi  isikny  mulai  menuru
                   sehingga beberapa kali menderita sakit. Pada 13 September 1903, Kartini
                   melahirkan anak laki-laki  dengan selamat. Usai  melahirkan, kondisi
                   Kartini tampak sehat dan bugar. Tanpa sebab yang jelas, tiba-tiba tubuh








                  172     Bahasa Indonesia untuk SMA/MA/SMK/MAK Kelas X (Edisi Revisi)                                                            Memetik Keteladanan dari Biograi Tokoh Inspiratif
   183   184   185   186   187   188   189   190   191   192   193