Page 192 - Bahasa_Indonesia_BS_KLS_X_Rev
P. 192

Tulisan keduanya ini  menambah   runcing  hubungan  antara Komite  di
                   Bandung dan pemerintah kolonial.
                       Melihat  kenyataan bahwa    tulisan kedua itu  benar-benar  telah
                   menghina pemerintah     kolonial  Belanda, pada tanggal  30  Juli  1913,
                   Ki  Hadjar  Dewantara ditangkap   polisi  di  rumahnya dan langsung
                   ditahan. Beberapa saat  kemudian, ia diasingkan ke  Bangka, tetapi  ia
                   meminta agar diizinkan untuk tinggal di negeri Belanda sebagai tempat
                   pengasingannya bersama rekan-rekan seperjuangannya, yaitu Douwes
                   Dekker  dan Cipto  Mangoenkoesoemo. Kesempatan itu      dipergunakan
                   untuk mendalami    masalah   pendidikan dan pengajaran sehingga ia
                   berhasil memperoleh Europeesche Akte.

                       Ki Hadjar Dewantara akhirnya kembali ke tanah air pada tahun 1918.
                   Di tanah air, ia makin mencurahkan perhatiannya di bidang pendidikan
                   sebagai  bagian dari  alat  perjuangan meraih  kemerdekaan. Bersama
                   rekan-rekan seperjuangannya, ia mendirikan sebuah    perguruan yang
                   bercorak nasional   yang  diberi  nama Nationaal  Onderwijs  Instituut
                   Taman Siswa (Perguruan Nasional    Taman Siswa)   pada tanggal  3  Juli
                   1922.

                       Taman Siswa merupakan lembaga pendidikan yang        memberikan
                   kesempatan bagi   para pribumi   jelata untuk dapat memperoleh   hak
                   pendidikan seperti  halnya para priyayi  maupun orang-orang  Belanda.
                   Perguruan ini sangat menekankan pendidikan rasa kebangsaan kepada
                   peserta didik  agar  mereka mencintai   bangsa dan tanah    air  serta
                   berjuang  untuk memperoleh   kemerdekaan. Ki  Hadjar  Dewantara juga
                   menciptakan istilah  yang  kemudian sangat  terkenal, yaitu  ing  ngarsa
                   sung  tulada  (di  muka memberi  contoh), ing  madya  mangun  karsa  (di
                   tengah  membangun cita-cita), tut   wuri  handayani  (mengikuti  dan
                   mendukungnya).
                       Pada tanggal   26  April  1959, Ki  Hadjar  Dewantara meninggal
                   dunia dan dimakamkan di      Yogyakarta. Untuk mengenang     jasa-jasa
                   dan melestarikan nilai-nilai  semangat  perjuangannya, para penerus
                   perguruan Taman Siswa mendirikan Museum        Dewantara Kirti  Griya,
                   Yogyakarta. Selain itu, tanggal dan kelahirannya, 2 Mei, dijadikan sebagai
                   hari Pendidikan Nasional. Bahkan, pada 28 November 1959, Ki Hadjar
                   Dewantara ditetapkan sebagai   Pahlawan Pergerakan Nasional   melalui
                   Surat Keputusan Presiden RI No. 305 Tahun 1959.


                   (Sumber: Wiryopranoto dkk., Ki Hadjar Dewantara: Pemikiran dan Perjuangannya, 2017
                   dengan pengubahan seperlunya)





                  176     Bahasa Indonesia untuk SMA/MA/SMK/MAK Kelas X (Edisi Revisi)                                                            Memetik Keteladanan dari Biograi Tokoh Inspiratif
   187   188   189   190   191   192   193   194   195   196   197