Page 198 - Bahasa_Indonesia_BS_KLS_X_Rev
P. 198
Pada tahun 1951, ia ikut ayahnya pindah ke Semarang. Ketika itu,
Pierre duduk di bangku kelas VI. Tahun berikutnya, ia masuk ke SMP
Negeri 1 Semarang. Di SMP inilah bakat Pierre dalam bidang ilmu pasti
dan alam mulai tampak. Dari kelas II ia dinaikkan ke kelas III bagian B.
Pierre kemudian melanjutkan pendidikannya ke SMA bagian B
Negeri (sekarang SMA Negeri 1) Semarang pada tahun 1955. Ketika di
SMA ini, seluruh keluarganya ikut bangga terhadap nilai-nilai rapornya.
Pierre juga memperoleh nilai bagus dalam pelajaran Bahasa Inggris
dan Bahasa Jerman. Pada tahun 1958, Pierre diterima sebagai Taruna
Akademi Militer Nasional.
Untuk memenuhi keinginan orang tua Pierre, Jenderal Purnawirawan
A.H. Nasution yang kala itu sudah kenal baik dengan keluarga dr. A.L.
Tendean menganjurkan Pierre memilih jurusan teknik. Pertimbangan
Jenderal Nasution ini dapat diterima oleh Pierre maupun orang tuanya.
Pierre pun memasuki Akademi Militer Jurusan Teknik (AKMIL JURTEK)
yang kemudian berubah nama menjadi ATEKAD (Akademi Teknik
Angkatan Darat) pada tahun 1962.
Selama menempuh pendidikan di AKMIL sebagai seorang taruna,
Pierre selalu memperlihatkan disiplin tinggi. Karena itu, ia disenangi oleh
junior dan seniornya serta mendapat pujian dari pembina-pembinanya.
Ia seorang yang berbakat menjadi pemimpin yang bijaksana. Pierre pun
dipilih sebagai Wakil Ketua Senat Korp Taruna oleh teman-temannya.
Ketika memimpin Parade Taruna di setiap perayaan, Pierre selalu
menarik perhatian khalayak ramai. Ia memang seorang yang simpatik.
Kawan-kawannya atau orang-orang yang pernah bergaul dengan dia
selalu menaruh simpati kepadanya. Rasa simpati mereka ini timbul
bukan semata-mata karena bentuk lahiriahnya, melainkan karena
tingkah lakunya, sopan santunnya, serta sikapnya yang humoristis.
Setelah melalui berbagai proses pendidikan, Pierre berulang kali
mendapatkan tugas yang mengharuskan dia berpindah-pindah. Sejak
15 April 1965, Letda Pierre Tendean dinaikkan pangkatnya menjadi
Lettu dan ditugaskan sebagai Ajudan Menko Hankam KASAB, Jenderal
Nasution. Selama menjadi ajudan, Nasution melihat bakat kepemimpinan
Lettu Pierre yang menonjol. Suatu saat pada tahun 1965, banyak anak
pembesar termasuk anak-anak Perwira Tinggi ABRI suka melakukan
kebut-kebutan di Jalan Teuku Umar sehingga pihak polisi kewalahan
menghadapinya. Melihat hal itu, tanpa sepengetahuan Jenderal Nasution,
Lettu Pierre mengambil inisiatif untuk menghentikan kebiasaan anak-
182 Bahasa Indonesia untuk SMA/MA/SMK/MAK Kelas X (Edisi Revisi) Memetik Keteladanan dari Biograi Tokoh Inspiratif