Page 203 - Bahasa_Indonesia_BS_KLS_X_Rev
P. 203

Namun, ia putus   di  tengah  jalan karena memilih  untuk menekuni
                      bakatnya sebagai pelukis.
                          Jenjang  karier  Affandi  tidak serta merta dalam  satu  bidang  saja.
                      Meskipun ia tergila-gila pada lukisan, Affandi  sempat menjadi  guru  di
                      HIS dan Taman Siswa di Jakarta. Kedua sekolah ini memberikan warna
                      baru yang penting dalam hidupnya. Di HIS, ia bertemu dengan Maryati,
                      murid yang kemudian dinikahinya; sedangkan di Taman Siswa, Affandi
                      mendapatkan kesempatan untuk belajar      melukis  di  Shanti  Niketan,
                      India.
                          Di  India, Affandi  mendapat  kejutan. Bukannya diterima untuk
                      belajar, ia justru  dinilai  lebih  pantas  menjadi  pengajar. Namun, ia
                      menolak. Uang   beasiswanya digunakan untuk berkeliling    India dan
                      melukis. Selama berkarya di    India, subjek gambarnya merangkum
                      kemiskinan yang   ada di  negara itu. Beberapa lukisannya kemudian
                      menjadi koleksi Museum Madras dan Museum Tagore.
                          India juga memberikan sesuatu   yang  baru  bagi  Affandi. Di  negeri
                      ini, ia menemukan teknik “pelototan”, yaitu  melukis  tanpa memakai
                      kuas. Affandi  hanya memelototkan cat   dari  tube  dan menggunakan
                      tangan serta jarinya untuk melukis. Teknik baru itu semakin menambah
                      cita rasa ekspresionisnya.
                          Pasca tahun 1934   setelah  kelahiran Kartika, anak pertamanya,
                      kehidupannya menjadi sulit. Sebagai seorang suami dan ayah, Affandi
                      harus  memberi  nafkah  keluarganya. Saat  itu  lukisannya belum  bisa
                      digunakan untuk menopang kebutuhan keluarga. Ia kemudian menjadi
                      tukang  poster  di  bioskop  Elite, Bandung. Meskipun ia sudah  menjadi
                      tukang  poster, Affandi  terus  melukis. Muncul  harapan ketika orang
                      mulai tertarik membeli hasil karyanya.

                          Waktu  itu  di  Kebun Raya Bandung  diadakan bazar  dan pameran
                      lukisan. Salah satu lukisan Affandi dibeli oleh Sjafei Soemardja, lulusan
                      Sekolah Tinggi Lukis Amsterdam, Belanda. Affandi sendiri malah heran
                      mengapa Sjafei  mau  membeli  lukisannya. Sjafei  hanya menjawab, “Di
                      dalamnya saya melihat masa depan. Teruslah melukis, jangan berhenti,
                      dan jangan berputus asa.”
                          Affandi  terus  menuai  keberuntungan. Pada zaman pendudukan
                      Jepang, eksistensinya sebagai  pelukis  mulai  mendapat pengakuan.
                      Affandi  mengadakan pameran kali     pertama di  Jakarta, tepatnya di
                      Gedung Putera. Pameran ini sukses besar dan menjadi momen penting
                      buatnya saat masyarakat mengakui bahwa telah lahir pelukis besar.





                                        Bab V | Memetik Keteladanan dari Biograi Tokoh Inspiratif  187
   198   199   200   201   202   203   204   205   206   207   208