Page 16 - SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM
P. 16

SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM

            4. Metode Pendidikan

                 Perkembangan pendidikan dari sisi isi dan kelembagaan senantiasa
            diikuti oleh perkembangan di bidang metodologi pendidikan. Hal yang
            sama terjadi dalam Sejarah Pendidikan Islam. Dari kesederhanaan metodologi
            pendidikan yang diterapkan pada zaman awal, umat Islam kemudian
            dikenal sebagai umat yang mengembangkan berbagai metode pendidikan.
            Sebagai sebuah statemen umum, peradaban Islam dicatat sebagai peradaban
            yang mengembangkan metode-metode empiris dalam pengembangan
            sains maupun ilmu-ilmu keagamaan.



            5. Kehidupan Masyarakat Akademis

                 Akhirnya, sebagai sebuah upaya rekonstruksi masa lalu, tidaklah
            mungkin melupakan para aktor yang menjalankan roda Sejarah Pendidikan
            Islam. Karenanya kehidupan masyarakat akademis (ilmuan, penuntut
            ilmu, pengelola lembaga pendidikan, dan lain-lain) adalah juga merupakan
            bagian penting dari pembahasan Sejarah Pendidikan Islam. Akan sangat
            menarik untuk mengetahui gambaran kehidupan mereka secara umum,
            proses profesionalisasi dalam kegiatan pendidikan, mobilitas sosial mereka,
            atau apresiasi sosial yang diberikan kepada mereka.



            D. Metode Sejarah Pendidikan Islam

                 Sejarah Pendidikan Islam adalah bagian atau cabang dari sejarah
            secara umum yang mengkhususkan diri pada fenomena pendidikan di
            kalangan umat Islam. Oleh karena itu metode penelitian dalam kajian
            Sejarah Pendidikan Islam tidak berbeda dengan cabang-cabang kajian
            sejarah lainnya. Kuntowijoyo menjelaskan bahwa langkah-langkah
            metodologis dalam kajian sejarah dapat disederhanakan ke dalam lima,
            yakni 1) pemilihan topik; 2) pengumpulan sumber; 3) verifikasi sumber;
            4) interpretasi; dan 5) penulisan sejarah. 3






                 3  Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, h. 90-107.



                                              6
   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21