Page 7 - 5438-10161-1-SM
P. 7
Journal of Nutrition College, Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014, Halaman 38
vitamin C, vitamin B12 dan folat sudah tergolong mengakibatkan transportasi zat besi terhambat
cukup baik. sehingga akan terjadi defisiensi besi. Absorpsi
Hasil ini bertentangan dengan penelitian di besi yang terjadi di usus halus dibantu oleh alat
Poliwali Mandar yang menyatakan ada hubungan angkut protein yaitu transferin dan feritin.
status gizi dengan kejadian anemia pada remaja Transferin mengandung besi berbentuk ferro yang
putri. Semakin tinggi remaja yang memiliki status berfungsi mentranspor besi ke sumsum tulang
24
gizi kurang maka semakin tinggi angka kejadian untuk pembentukkan hemoglobin.
10
anemia pada remaja putri. Status gizi pada remaja Asupan vitamin C, vitamin B12 dan folat
di Indonesia meliputi kurang zat gizi makro subyek juga tergolong cukup. Asupan vitamin C
(karbohodrat, protein, lemak) dan kurang gizi sebanyak 95,6% subyek mengkonsumsi ≥50 mg
23
mikro (vitamin dan mineral). Apabila status gizi usia 10-12 tahun dan ≥65 mg usia 13-15 tahun.
tidak normal maka dikhawatirkan status zat besi Sumber vitamin C yang banyak dikonsumsi siswi
juga tidak baik, sehingga dapat menyebabkan seperti jeruk, apel, mangga, pisang. Vitamin C
21
24
anemia. berfungsi mempercepat penyerapan zat besi.
Anemia adalah menurunnya jumlah Asupan vitamin B12 sebanyak 81,1% subyek
hemoglobin dari batas normal sehingga tidak dapat mengkonsumsi ≥1,8 µg untuk usia 10-12 tahun dan
23
memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen ≥2,4 µg untuk usia 13-15 tahun. Sumber vitamin
dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer. Nilai B12 yang banyak dikonsumsi subyek adalah telur
batas normal kadar hemoglobin untuk remaja putri dan susu. Asupan folat sebanyak 53,3% subyek
5
adalah < 12 gram/dL. Jumlah siswi yang mengkonsumsi ≥300 µg untuk usia 10-12 tahun
23
mengalami anemia sebanyak 24 orang (26,7%). dan ≥400 µg. Sumber folat yang banyak
Anemia dapat disebabkan oleh karena gangguan dikonsumsi subyek seperti sayur bayam, hati,
pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang, buah, kacang termasuk dalam kategori cukup.
kehilangan darah keluar dari tubuh (perdarahan), Vitamin B12 dan asam folat penting untuk sintesis
proses penghancuran eritrosit dalam tubuh sebelum DNA. Apabila kekurangan salah satu diantaranya
waktunya (hemolisis), kurangnya asupan zat besi, dapat mempengaruhi regenerasi seluler dan
7
vitamin C, vitamin B12 dan folat. Dari hasil uji menyebabkan terjadinya anemia makrositik,
regresi logistik diketahui ada hubungan asupan zat dimana ukuran sel-sel darah merah lebih besar dari
besi dengan anemia. Dilihat dari asupan zat besi normal. 4
sebanyak 63,3% subyek termasuk dalam kategori
kurang dari kebutuhan yaitu 20 mg untuk usia 10- KETERBATASAN PENELITIAN
23
12 tahun dan 26 mg untuk usia 13-15 tahun, Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu
karena siswi mempunyai kebiasaan kurang tidak dapat menjangkau semua kelas di SMP
mengkonsumsi makanan sumber zat besi yang Negeri 9 Semarang tetapi hanya diwakili kelas
mudah diserap (heme iron) seperti daging, ikan, VIII a sampai VIII h yang terpilih oleh peneliti
dan unggas. Siswi lebih banyak mengkonsumsi dikarenakan ijin yang diberikan oleh guru. Hanya
makanan sumber zat besi non heme seperti tahu, melakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, tidak
tempe dan kacang-kacangan. melakukan pemeriksaan darah lebih lanjut untuk
Zat besi adalah komponen penting memastikan terjadinya anemia defisiensi besi
hemoglobin. Hemoglobin mengandung besi yang misalnya kadar ferritin.
disebut hem dan protein globulin. Setiap molekul
hemoglobin mengikat oksigen untuk diedarkan ke SIMPULAN
4
seluruh tubuh. Pada remaja putri, kebutuhan yang Sebagian besar siswi termasuk dalam
tinggi akan besi terutama disebabkan kehilangan status gizi normal yaitu sebanyak 66 orang
16
zat besi selama menstruasi. Beberapa faktor (73,3%), tetapi ada 1 orang siswi (1,1%) yang
penyebab kurangnya konsumsi zat besi pada masuk dalam kategori sangat kurus, 3 orang
remaja adalah ketersediaan pangan, kurangnya (3,3%) kurus, 14 orang (15,6%) overweight dan 6
pengetahuan dan kebiasaan makan yang salah. 22 orang obesitas (6,7%). Jumlah siswi yang
Asupan protein subyek tergolong dalam mengalami anemia sebanyak 24 orang (26,7%).
kategori cukup. Asupan protein sebanyak 96,7% Tidak ada hubungan bermakna antara status gizi
subyek mengkonsumsi ≥50 gram untuk usia 10-12 dengan kejadian anemia pada remaja putri. Dilihat
23
tahun dan ≥57 gram untuk usia 13-15 tahun. dari asupan diketahui sebagian besar siswi sudah
Protein berperan penting dalam transportasi zat dalam kategori cukup, tetapi terdapat 63,3% siswi
besi dalam tubuh. Kurangnya asupan protein akan yang asupan zat besinya kurang dari kebutuhan.