Page 33 - E MODUL EKOSISTEM & PERMASALAHAN LINGKUNGAN
P. 33
EKOSISTEM & PERMASALAHAN LINGKUNGAN E-MODUL
Frasa lahan basah seringkali digunakan oleh
masyarakat di Indonesia. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia secara harfiah, frasa lahan basah
berasal dari dua kata yaitu lahan yang bermakna
‘tanah terbuka’. Kemudian basah bermakna (1)
mengandung air atau cair, (2) belum kering, dan (3)
banyak mendatangkan keuntungan. Maka dapat
diketahui bahwa lahan basah merupakan lokasi suatu Istilah “Lahan Basah”, sebagai
terjemahan “wetland” baru
daerah yang dapat mendatangkan banyak dikenal di Indonesia sekitar tahun
1990. Sebelumnya masyarakat
keuntungan. Indonesia menyebut kawasan
Secara tipologi ekosistem lahan basah yang lahan basah berdasarkan
bentuk/nama fisik masing-
terdiri dari dua tipologi yaitu ekosistem air tawar dan masing tipe seperti: rawa, danau,
sawah, tambak, dan sebagainya.
ekosistem estuarin. Ekosistem air tawar terdiri dari Sumber : http://wetlands.or.id/
air yang tenang seperti: empang, rawa, dan tambak.
Sedangkan ekosistem estuarin terpengaruh adanya
pasang surut air laut, contohnya: payau, mangrove,
dan laguna. Lahan basah juga memiliki karakterisitik yang berebeda dengan karakteristik
lahan kering. (Amin, 2016) mengatakan lahan kering adalah lahan tadah hujan (rainfed)
yang dapat diusahakan secara sawah (lowland, wetland) atau secara tegal atau ladang
(upland). Lahan kering pada umumnya berupa lahan atasan, kriteria yang membedakan
lahan kering adalah sumber air. Sumber air bagi lahan kering adalah air hujan, sedangkan
bagi lahan basah disamping air hujan juga dari sumber air irigasi.
Lahan basah, berdasarkan Sistem Klasifikasi Ramsar, diklasifikasikan menjadi tiga
kelompok utama, yaitu: lahan basah pesisir dan lautan, lahan basah daratan, dan lahan
basah buatan. Diantara ketiga kelompok utama lahan basah tersebut, lahan basah buatan
(human-made wetlands) mungkin bisa dianggap sebagai satu-satunya kelompok lahan
basah yang memiliki posisi paling dilematis, karena di satu sisi pembangunan lahan basah
buatan memang perlu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu (misal
habitat mangrove diubah jadi tambak) sementara di sisi lain pembangunan lahan basah
buatan dianggap menjadi penyebab berkurangnya (atau bahkan hilangnya) fungsi dan nilai
(manfaat) lahan basah alami (Harianto & Dewi, 2017).
27