Page 4 - KLIPINGBPPT14052019(pagi)
P. 4
"Jadi sudah ada niat waktu itu untuk segera mencoba mengcopy alat ini, jadi ada 14 sungai, setiap sungai bikin satu saja mudahnya," kata Luhut.
Adapun harga alat itu berkisar 200-300 ribu euro atau sekitar Rp 3-5 miliar per alat. Dalam sehari, alat tersebut didesain untuk mengangkut sekitar 30 ton sampah di sungai.
Selain di DKI Jakarta, alat tersebut juga bakal dipasang di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pasalnya, secara keseluruhan penduduk Pulau Jawa ada sekitar 130 juta jiwa. Sehingga diperkirakan berkontribusi besar terhadap jumlah sampah di Tanah Air. "Enggak cuma Jakarta, Bali juga sudah parah. Jadi paralel. Nanti mana lagi tempat yang parah lagi."
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya mengatakan alat pengumpul sampah asal Belanda itu akan diriset oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, sebelum diperbanyak. "Yang penting diriset dulu, planningnya tahun ini harus selesar," kata dia.
Direktur Pusat Teknologi Lingkungan BPPT Rudi Nugroho mengatakan alat itu nantinya akan diproduksi degan tingkat kandungan lokal semaksimal mungkin. Ia masih akan memperhitungkan berapa banyak komponen alat yang bisa diproduksi di dalam negeri. Selain itu, desain lokal dijanjikan akan lebih inovatif daripada modelnya.
"Orang kita biasanya pintar-pintar, cerdik-cerdik, nyontek tapi dibikin bagus, ada inovasinya," tutur Rudi. Adapun studi diperkirakan menelan waktu enam sampai delapan bulan. Untuk permulaan, BPPT akan melakukan pengamatan terlebih dahulu dari ujicoba alat. Misalnya, untuk memaksimalkan tangkapan atau mengalirkan sampah dari sungai langsung ke truk.
Baca berita Luhut Pandjaitan lainnya di Tempo.co