Page 11 - KLIPINGBELMAWA14032019 (sore)
P. 11
Fisipol.
“Mungkin [UGM] ingin mempertahankan karena pertimbangannya hal-hal yang bersifat teknis,” ujar Rika kepada The Jakarta Post untuk Kolaborasi, menduga-duga. “[Pertanyaannya] apakah hal-hal bersifat teknis ini tidak bisa dikerjakan orang lain sementara banyak potential person yang bisa menggantikan?”
“Makanya, mulai tahun lalu, sudah fixed tidak lagi menjabat di posisi itu [Jurnal PCD]. Saya kurang ingat itu bulan apa. Oktober itu seingat saya sudah tidak lagi menjabat, sudah digantikan posisinya. Setelah dia melakukan pelecehan seksual lagi, ya sudah akhirnya tidak bisa, memang harus digantikan,” kata Rika, menambahkan status pegawai EH diserahkan ke universitas.
UGM Belum Punya Payung Hukum Penanganan Kekerasan
Seksual
Berlarutnya kasus EH merupakan salah satu contoh ketidaksiapan UGM dalam menyikapi kasus kekerasan seksual, menurut Muhadjir Darwin, tim perumus peraturan tentang pencegahan dan penanggulangan kekerasan seksual di UGM.
Selain kasus EH, UGM juga berlarut-larut menangani kasus kekerasan seksual yang menimpa mahasiswa dengan nama samaran Agni saat KKN di Maluku pada Juli 2017. Kasus Agni berakhir dengan kesepakatan nonlitigasi antara UGM, pelaku, dan korban.
“Sepertinya universitas ketika itu seperti tidak siap menghadapi kasus itu sehingga kurang 'cek cek cek'. Harus diakui memang, sebagian atau sebagian besar pengambil keputusan di universitas belum memiliki sensitivitas gender yang ideal,” ujar Muhadjir kepada The Jakarta Post untuk Kolaborasi.
Baca juga: Kasus Agni: Bagaimana UGM Mengabaikan Kasus Kekerasan Seksual
Menurut Muhadjir, buta gender berarti tidak paham pada persoalan ketimpangan gender sehingga mengekalkan pandangan bahwa seolah- olah laki-laki lebih tinggi dari perempuan, punya kebebasan memperkosa. Ujungnya, bila ada kasus pemerkosaan, yang disalahkan adalah perempuan, ujarnya.
“UGM kemarin blame the victims [dalam kasus Agni], bukan in the actor. Itu tidak paham. Ini persoalan yang sensitif, ngomong seperti itu [‘kucing dan gereh’] kalau didengar perempuan, kan menyakitkan.”