Page 30 - LOMBAJURNALIS
P. 30
NO
11
Judul
Cerita di Balik Kesuksesan Dua Pendaki Taklukkan Tujuh Puncak Dunia
Cerita di Balik Kesuksesan Dua Pendaki Taklukkan Tujuh Puncak Dunia
Mendaki Puncak Everest seperti Makan Kue Black Forest
Fransiska Dimistri Inkirawang (Dee Dee) dan Mathilda Dwi Lestari menorehkan pencapaian luar biasa. Mereka menjadi perempuan pertama asal Indonesia yang bisa menancapkan sang Merah Putih di tujuh pucak tertinggi di tujuh benua (seven summits).
Lebih dari 50 anggota Forum Komunikasi Keluarga Besar Pencinta Alam Bandung Raya (FKKBPABR) memenuhi pendapa restoran Mang Engking di kompleks Soewarna, Bandara Soekarno-Hatta, Jumat (1/6). Selain menunggu jam buka bersama, mereka tidak sabar mendengar pengalaman Mathilda dan Dee Dee sepulang dari menyelesaikan misi pendakian puncak Everest.
Dee Dee dan Mathilda adalah mahasiswa hubungan internasional (HI) Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Bandung. Mereka berdua tergabung dalam organisasi mahasiswa pencinta alam kampus Unpar yang bernama Mahitala. Misi mendaki tujuh puncak tertinggi di tujuh benua itu diberi nama The Women of Indonesia’s Seven Summits Expedition Mahitala-Unpar (WISSEMU).
Sebelum akhirnya berhasil mencapai puncak Everest (8.848 meter di atas permukaan laut/mdpl) pada 17 Mei, Dee Dee dan Mathilda melakoni pendakian yang cukup panjang. Start mulai 2014. Diawali dari keberhasilan mencapai puncak Gunung Carstensz Pyramid Papua (4.884 mdpl) pada 13 Agustus 2014. Kemudian, di Gunung Elbrus, Rusia (5.642 mdpl), pada 15 Mei 2015.
Setelah itu, petualangan dilanjutkan ke Gunung Kilimanjaro, Tanzania (5.895 mdpl), pada 24 Mei 2015. Lalu, pada 30 Januari 2016 ke Gunung Aconcagua, Argentina (6.962 mdpl). Gunung Vinson Massif, Antartika (4.892 mdpl), pada 5 Januari 2017, dan Gunung Denali, Amerika Serikat (6.190 mdpl), pada 2 Juli 2017.
Setelah berbuka puasa bersama, Dee Dee dan Mathilda secara bergantian menceritakan pengalaman mereka hingga berhasil mendaki puncak Everest. Mereka berdua bertolak dari Indonesia dan sampai di Kathmandu, Nepal, pada 30 Maret. Kemudian, mereka terbang menuju Lhasa, Tibet, pada 10 April. Setiba di Lhasa, keduanya memulai perjalanan menuju Everest Base Camp (EBC) dengan menggunakan mobil, lama perjalanan mencapai lima hari. ’’Kami tiba di EBC pada 18 April. Syukur cuaca cerah,’’ kata Dee Dee.
Setiba di EBC, mereka berdua menjalani pematangan materi selama enam hari. Baru kemudian pada 26 April dimulai proses aklimatisasi. Proses aklimatisasi adalah suatu upaya untuk penyesuaian fisiologis atau adaptasi tubuh menghadapi kondisi alam baru. Proses aklimatisasi tertinggi pernah mencapai titik 7.400 mdpl. Proses aklimatisasi itu berjalan selama satu pekan hingga 3 Mei.
Setelah menjalani rangkaian proses aklimatisasi, Dee Dee dan Mathilda menjalani pemulihan dengan turun ke ketinggian yang jauh lebih rendah. Yakni, ke Desa Zhaxizongxiang yang berada