Page 11 - KLIPINGBPPT04072019SORE
P. 11
Terkait perbaikan sistem transportasi jelasnya, tidak bisa hanya sekadar ajakan menggunakan transportasi publik. Tapi perlu tindakan tegas, seperti perluasan wilayah ganjil-genap, melarang penggunaan kendaraan bahan bakar, serta memperbaiki layanan sistem transportasi, hingga sarana dan prasarana infrastruktur penunjangnya.
”Bisa mencontoh Paris yang melarang kendaraan berbahan bakar emisi masuk kota. Atau memberlakukan tarif besar kepada kendaraan yang memasuki jalan protokol. Tapi sebelum membuat kebijakan itu, masyarakat harus diberikan solusi,” terangnya.
Solusi yang dimaksud adalah memberikan transportasi publik yang nyaman, ramah lingkungan, dan murah. Sehingga, masyarakat tidak punya tawaran lain selain menggunakan transportasi massal untuk berpergian.
Sehingga lanjutnya, perlu ada sinergitas dari berbagai pihak. Termasuk lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dengan swasta. ”Seperti Dinas Tata Kota, Bina Marga, Perhubungan itu harus bersama-sama. Tidak bisa hanya Dinas Lingkungan Hidup saja yang mengerjarkan. Itu yang harus ditekankan,” tegasnya.
Karena El Nino
Terpaut dengan udara kotor, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Andono Warih menuturkan, pihaknya telah melakukan rapat terbatas dengan Badan Penerapan dan Pengkajian Teknologi (BPPT) serta Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika demi mencari akar masalah dan solusinya.
Dia menjelaskan, persoalan kualitas udara salah satunya dikarenakan musim kemarau. Serta disebabkan fenomena memanasnya suhu muka laut di Samudra Pasifik bagian tengah hingga timur atau lebih dikenal dengan El Nino. Udara yang panas ini terang Andono membuat partikel debu yang dihasilkan aktivitas masyarakat di ibu kota, terbawa angin sehingga menutup lapisan atmosfer.
”Dengan adanya lapisan yang di atmosfer itu yang terakumulasi, u pencemarannya juga akan tetap di situ-situ aja. Itu makanya yang disebut kemarau juga punya pengaruh kepada tingkat pencemaran. Yang dikeluarkan sih relatif sama mau kemarau atau hujan,” ujarnya di Jakarta, Rabu (3/7/2019) siang.
Tapi karena kemarau, menurut BMKG dan BPPT menimbulkan efek inversi di atmosfer. Keadaan serupa jelasnya, mungkin tidak akan terjadi jika ada hujan mengguyur ibu kota. ”Kayak kita misalkan baju kalo kena air kan kotorannya bisa hilang. Kalo kotoran di udara kena hujan itunya (debu) juga hilang menjadi lebih bersih,” ungkapnya. Fenomena serupa ucap Andono juga terjadi di Paris.

