Page 40 - EBOOK_Pengembangan Kreatifitas Anak
P. 40
22
PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI
bahwa adapun ciri-ciri pola asuh demokratis adalah sebagai berikut:
1) Menentukan peraturan dan disiplin dengan memperhatikan dan
tidak mendasarkan pada kebutuhan anak semata. Jhon W mengemukakan
saling menghargai antara anak dan orang tua, memperkuat standar-
standar perilaku. Orang tua tidak mengambil posisi mutlak tetapi juga
mempertimbangkan alasan-alasan yang dapat diterima, dipahami
menciptakan keharmonisan dalam keluarga, dan 5) Dapat menciptakan
suasana komunikatif antara orangtua dan anak serta sesama keluarga
3) Memberikan bimbingan dengan penuh pengertian, 4) Dapat
dan dimengerti oleh anak, 2) Memberikan pengarahan tentang perbuatan
baik yang perlu dipertahankan dan yang tidak baik agar di tinggalkan,
juga mengharapkan anak untuk mandiri dan mengarahkan diri sendiri,
sesuatu untuk anak dan anak hanya sebagai pelaksana, 7) Tidak ada
komunikasi antara orangtua dan anak (Santrock, 2003). b) Pola asuh
memaksakan disiplin, 6) Orang tua cenderung memaksakan segala
anak, 4) Jika terdapat perbedaan pendapat antara orangtua dan
anak, maka anak dianggap pembangkang, 5) Orang tua cenderung
autoritatif: yaitu orang tua yang memiliki pola asuh jenis ini berusaha
permintaan atau disiplin tetapi juga menggunakan kekuasaan bila
perlu, mengharapkan anak untuk mematuhi orang dewasa tetapi
menerima, manjelaskan alasan rasional yang mendasari tiap-tiap
mengarahkan anaknya secara rasional, berorientasi pada masalah
yang dihadapi, menghargai komunikasi yang saling memberi dan
(Idris dan Lisna, 1992). Dan c) Pola asuh permisif: yaitu orang tua
keinginan dan perilaku anaknya, hanya sedikit menggunakan hukuman,
memberikan alasan, tetapi tanpa menunjukkan kekuasaan. Menurut
dan bersikap positif terhadap impuls (dorongan emosi), keinginan-
berkonsultasi kepada anak, haya sedikit memberi tanggung jawab
rumah tangga, membiarkan anak untuk mengatur aktivitasnya sendiri
dan tidak mengontrol, berusaha mencapai sasaran tertentu dengan
Stewart dan Koch, orang tua yang mempunyai pola asuh permisif
kontrol sama sekali, anak dituntut atau sedikit sekali dituntut untuk
suatu tangung jawab tetapi mempunyai hak yang sama seperti
orang dewasa, dan anak diberi kebebasan untuk mengatur dirinya
yang memiliki pola asuh jenis ini berusaha berperilaku menerima
cenderung selalu memberikan kebebasan pada anak tanpa memberikan
b.
a.
2.
8)
Hadiah
1999:163).
Evaluasi
harus berisi agar berfantasi”.
23
penjelasan serta umpan balik positif.
Adapun hambatan-hambat tersebut yaitu:
Kesempatan untuk memperoleh pengetahuan
kurang percaya diri dan kurang matang secara sosial.
Faktor Penghambat Pengembangan Kreativitas
sendiri dan orang tua tidak banyak mengatur anaknya. Orang tua
maka motivasi intrinsik dan kreativitas mereka akan menurun. (Munandar,
PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI
(Munandar, 2012: 223-224). Kemudian kritik atau penilaian positif apapun,
walaupun dalam bentuk pujian akan dapat membuat anak kurang kreatif,
guru memberikan evaluasi dalam bentuk angka dan tidak memberian
impulsif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang sendiri,
jika pujian itu memusatkan perhatian pada harapan akan dinilai. Misalnya
tipe ini memberikan kasih sayang berlebihan. Karakter anak menjadi
Dalam mengembangkan kreativitas, seorang anak dapat mengalami
konstruktif ialah bahwa pendidik tidak memberikan evaluasi, atau paling
hadiah dapat merusak motivasi intrinsik dan mematikan kreativitas.
atau meningkatkan perilaku tersebut. Ternyata tidak demikian, pemberian
Kebanyakan orang percaya bahwa memberi hadiah akan memperbaiki
Rogers menekankan salah satu syarat untuk memupuk kreativitas
berbagai hambatan yang dapat merusak bahkan mematikan kreativitasnya.
pengetahuan yang dapat diperoleh oleh anak, semangkin baik dasar
untuk mendapatkan hadiah sebagai alasan untuk melakukan sesuatu,
Kreativitas tidak muncul dalam kehampaan. Semangkin banyak
Bahkan menduga akan dievaluasipun akan mengurangi kreativitas anak.
tidak menunda pemberian evaluasi sewaktu anak sedang asyik berkreasi.
Cukup banyak penelitian menunjukkan bahwa jika perhatian anak terpusat
untuk mencapai hasil yang kreatif. Pulaski mengatakan “anak-anak