Page 16 - Perjuangan Pondok Pesantren Lirboyo Dalam Peristiwa 10 November 1945 Terbaru
P. 16

Setelah  kurang  lebih  5  tahun  Kiai  Manab  nyantri di  Tebuireng,
        belum  juga  berhasrat  melepas  masa  lajangnya.  Padahal,  usia  beliau

        sudah  melebihi  pantas  untuk  berkeluarga.Mungkin  saking  asyiknya
        menuntut  ilmu.  Tapi,  tidak  begitu  lama  dan  tanpa  diduga-duga,

        datanglah seorang kiai dari Pare, Kediri, mengajukan lamaran kepada
        Kiai Hasyim. Tapi dengan halus, lamaran itu ditolak, sebab diam-diam

        beliau  ingin  menjodohkan  Kiai  Manab  dengan  salah  satu  putri
        kerabatnya, yakni Kiai Sholeh dari Banjarmelati, Kediri.

               Mungkin karena khawatir didahului orang lain, Kiai Hasyim lantas
        segera  mengutus  Gus  Ahmad,  salah  seorang  santri  yang  juga  ipar

        beliau dan masih keponakan Kiai Sholeh, untuk sowan ke Banjarmelati.
        Tujuannya, meminta keterangan apakah Kiai Sholeh masih mempunyai

        anak gadis yang belum menikah. Ternyata jawaban dari Banjarmelati
        cukup  memuaskan  Kiai  Hasyim.  Tanpa  membuang  waktu,  beliau
        langsung  mengutus  Gus  Ahmad  ke  Banjarmelati  lagi  untuk

        mengantarkan surat lamaran kepada Kiai Sholeh. Bahkan, Kiai Hasyim
        meminta Gus Ahmad  menunggu jawaban lamaran itu sebelum kembali

        ke  Tebuireng.  Namun,  apa  mau  dikata,  Kiai  Sholeh  tidak  mau
        memberikannya.  Beliau  ingin  bertemu  langsung  dengan  Kiai  Hasyim

        Asy'ari dan sekaligus Kiai Manab (Bahtiar dkk, 2018: 28-29).





















                   Foto 3. KH. Abdul Karim dan Nyai Hj. Khodijah Atau Nyai Dlomroh.
                                            (Sumber : Bahtiar dkk, 2018:29)
   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21