Page 3 - Sholawat Jawa
P. 3
(3 hari) belum disajikan Shalawat Syaduk Ini melainkan hanya doa tahlil
dan kemudian selesai.
Santri Tua terdiri dari beberapa kaum dewasa yang sebagian besar
sudah berkeluarga yang sudah dipilih oleh pemuka agama (modin) dan
yang sudah bisa menyajikan repertoar shalawat Syaduk Ini. Jumlah santri
(personil) Santri Tua sudah ditentukan, masing-masing sesuai dengan
acara peringatannya dan jumlahnya selalu ganjil. Untuk slametan
kematian pitung dinan (7 hari) berjumlah 9 santri, patang puluhan (40 hari)
berjumlah 11 santri, nyatus (100 hari) berjumlah 13 santri, pendhak pisan (1
tahun) berjumlah 15 santri, pendhak pindho (2 tahun) berjumlah 21 santri,
dan untuk nyewu (1000 hari) bisa berjumlah sebanyak-banyaknya tetapi
tetap dalam jumlah yang ganjil.
Shalawat Syaduk Ini menggunakan bahasa Arab dan Jawa. Selain
itu terdapat keunikan dalam Shalawat Syaduk Ini yaitu melodi yang
digunakan dalam bershalawat menggunakan melodi dengan sistem
pelarasan Jawa (Slendro dan Pelog). Untuk bacaan shalawat dengan bahasa
Arab merupakan shalawat yang ditujukan kepada Nabi Muhammad yang
bersumber pada tuntunan shalawat pada umumnya. Sedangkan untuk
bacaan shalawat yang menggunakan bahasa Jawa, bersumber dari
“Syaduk Ini” yang merupakan tuntunan doa Jawa Dwipa. Oleh karena itu,
masyarakat di Dusun Ngentak, Desa Mojayan, Kabupaten Klaten
menyebut shalawat dalam tradisi slametan kematian oleh Santri Tua ini
dengan Shalawat Syaduk Ini. (wawancara Sugimin, 30 September 2017)
Berbeda dengan tradisi ber-shalawat di tempat lain, shalawat
Syaduk Ini oleh Santri Tua ini tidak menggunakan alat musik, seperti
terbang, bedhug, dsb, melainkan hanya lantunan bacaan shalawat dengan
melodi Jawa yang disajikan oleh para santri tua secara bersama.
Shalawat Syaduk Ini bagi masyarakat Dusun Ngentak, Desa
Mojayan, Kabupaten Klaten harus selalu disajikan dalam rangka slametan