Page 83 - Dokumen-Modul-Novanda ardiansyah (1)
P. 83
pendukung masih belum optimal. Hal ini dikarena media sosial
keduanya masih belum menjadi prioritas program, akibatnya
berdampak pada tata kelola akun media sosial yang dikerjakan dengan
seadanya. Padahal jika melihat bahwa sasaran utama pendidikan
politik salah satunya adalah generasi muda, media sosial ada sarana
yang paling tepat.
Untuk mengejar ketertinggalan, kita dapat fokusnya pada inisiatif
kreatif dari penggunaan media sosial di luar ekosistemkepemiluan,
mengingat penggunaan eksponensial terakhir adalah generasi muda
yang tidak banyak membicarakan politik. Kita perlu merangkul
mereka untuk memberikan informasi tentang pemilih, pendidikan
pemilih, dan Pendidikan kewarganegaraan dengan konten dan gaya
masing-masing.
Pendidikan politik yang akan dilakukan oleh penggiat media sosial
perlu mengacu pada program atau kegiatan yang biasanya membahas
motivasi dan kesiapan pemilih untuk berpartisipasi penuh dalam
pemilu. Ini mencakup informasi tentang pemungutan suara dan proses
pemilihan dan berkaitan dengan konsep-konsep, seperti: hubungan
antara hak asasi manusia dan hak memilih; peran, tanggung jawab, dan
hak pemilih; hubungan antara pemilu dan demokrasi jufa syarat-syarat
yang diperlukan untuk pemilu yang demokratis; kerahasiaan surat
suara; mengapa setiap suara penting dan dampaknya terhadap
akuntabilitas publik; dan bagaimana suara diterjemahkan menjadi
kursi. Konsep semacam itu melibatkan penjelasan yang bercerita,
bukan hanya pernyataan fakta dan data. Berangkat dari hal terebut hal-
hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pendidikan politik di
media sosial:
- KPU memastikan anak muda mendapatkan akses publik
terhadap informasi. Dengan demikian, semua warga negara,
termasuk kaum muda, berhak atas pengetahuan dan informasi
yang diperlukan untuk
75