Page 140 - KM PPKN-BS-KLS-IX
P. 140

Ayo, Membaca


                                       Bahasa Ibu yang Dirindu

                       Oleh: Wisnu Dewabrata, Nawa Tunggal, dan Fransisca Romana Ninik



               Sejumlah keluarga meyakini bahwa keterampilan berbahasa daerah
               meletakkan fondasi yang kuat dalam pergaulan anak-anak mereka di tahap
               selanjutnya. Kecakapan itu dinilai mendukung masa depan sang anak.
                   Mellani (39), warga Jakarta keturunan Minang, mengajarkan bahasa
               Minang kepada anaknya melalui percakapan sehari-hari. ”Aku dan suami
               masih bisa bicara bahasa Minang. Aku sampai SMA masih di kampung
               yang masih menuturkan bahasa Minang dalam keseharian. Suamiku,
               meskipun besar di Riau, keluarganya masih berbahasa Minang. Sejak
               menikah sampai sekarang mempunyai anak, kami bicara bahasa Minang
               di rumah,” tuturnya. Putranya, Hudzaifah (11), kini cukup lancar berbahasa
               Minang meskipun masih ada kata atau kalimat yang belum dia pahami. Dia
               kadang menyeletuk atau berkomentar secara spontan memakai bahasa Minang.
                   Dengan terampil berbahasa daerah, pergaulan si anak makin luas.
               Misalnya saat berada di kampung halaman, berkumpul bersama keluarga
               besar, atau kelak ketika si anak hidup merantau.

                   Ini pula yang dipegang Lenti Sitorus (45), warga Jakarta keturunan
               Batak. ”Dari dulu, aku sudah bercita-cita ingin menikah dengan orang
               Batak asli dari kampung supaya identitas sebagai orang Batak enggak
               hilang. Memang bahasa Batak yang kami pakai sekarang masih kategori
               pasif, tetapi asal sama-sama dipahami,” katanya.
                   Sementara sutradara ilm Nia Dinata malah mengenal bahasa Jawa
               dari putra bungsunya, Gibran Papadimitriou (18). Sebagai keturunan
               Sunda-Minang, Nia paham kedua bahasa daerah itu, tetapi tidak demikian
               dengan bahasa Jawa. ”Darah Jawa saya cuma seperempat, dari nenek
               buyut saya yang asli Yogyakarta,” ujarnya sambil tertawa.

                   Gibran lahir dan besar di Jakarta. Ayahnya keturunan Yunani-
               Indonesia. Gibran kecil rupanya tertarik dengan dunia wayang. Dia
               belajar mendalang pada usia 11 tahun dan kini menjadi dalang. Dia




            126   Pendidikan Pancasila untuk SMP/MTs Kelas IX
   135   136   137   138   139   140   141   142   143   144   145