Page 190 - KM PPKN-BS-KLS-IX
P. 190
Ironi Beranda Depan Natuna
Penulis: Pandu Wiyoga
Editor: Christoperus Wahyu Haryo Priyo
Sejak abad ke-6, Laut Natuna telah dikenal sebagai jalur pelayaran yang
ramai dilewati kapal niaga dari berbagai penjuru dunia. Perairan antara
Semenanjung Malaka dan Pulau Kalimantan itu juga kaya sumber daya
minyak dan gas serta perikanan. Ironisnya, posisi strategis dan kekayaan
alam di sana belum mampu menghadirkan kesejahteraan bagi warga
kepulauan.
Di Laut Natuna terdapat 448 pulau kecil yang dikenal sebagai Gugusan
Pulau Tujuh. Tiga pulau utama di gugusan itu adalah Bunguran, Siantan, dan
Tambelan. Pengajar di Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjung Pinang,
Anastasia Wiwik Swastiwi, menuturkan, saat perdagangan di kawasan
Asia Tenggara mencapai puncaknya pada abad ke-14 hingga ke-17, banyak
pedagang dari Cina, Siam, dan Campa singgah di gugusan pulau itu. Gugusan
Pulau Tujuh menjadi tempat berlindung para pedagang dari badai sekaligus
tempat mengisi ulang perbekalan sebelum meneruskan pelayaran.
Sejak 2001, Gugusan Pulau Tujuh masuk wilayah Provinsi Kepulauan
Riau. Dalam perkembangannya, ratusan pulau kecil itu kemudian terbagi
dalam tiga daerah otonom baru. Pulau Bunguran menjadi pusat Kabupaten
Natuna, Pulau Siantan menjadi pusat Kabupaten Kepulauan Anambas,
dan Pulau Tambelan menjadi salah satu kecamatan di Kabupaten Bintan.
Meskipun sekarang Gugusan Pulau Tujuh telah terbagi dalam tiga
wilayah administrasi berbeda, penduduk di sana tetap terikat erat.
Mayoritas penduduk Natuna, Anambas, dan Tambelan bekerja sebagai
nelayan tradisional yang berbagi wilayah tangkap di Laut Natuna
Belakangan, para nelayan itu resah oleh keberadaan kapal ikan asing
dan kapal aparat asing yang memenuhi Laut Natuna. Insiden terakhir
terjadi pada 12 September lalu, seorang nelayan asal Pulau Bunguran
melaporkan kehadiran kapal Penjaga Pantai Cina.
Cina secara sepihak mengklaim hampir 80 persen perairan Laut Cina
Selatan (LCS) berdasarkan alasan area penangkapan ikan tradisional. Klaim
176 Pendidikan Pancasila untuk SMP/MTs Kelas IX