Page 185 - KM Informatika-BS-KLS-IX
P. 185

lelucon, pencurian informasi pribadi yang berujung pada pencurian uang,
                     memanipulasi sistem telepon, dll. Kata yang umum saat itu ialah pembobolan
                     sistem dengan menggunakan akses tidak resmi.
                         Pada saat itu, peretasan sistem komputer di pusat penelitian besar,
                     perusahaan, atau  lembaga pemerintah merupakan tantangan  yang
                     sangat menantang dan mendatangkan kepuasan tersendiri. Keberhasilan
                     peretasan akan mendapat sanjungan dari teman sejawat, sesama peretas,
                     dan orang lain. Hal ini mungkin terinspirasi oleh film “War Games”, yang
                     merupakan  film  peretasan superkomputer Departemen Pertahanan
                     Amerika yang dilakukan oleh anak muda bernama David Lightman.

                         Clifford Stoll menceritakan kasus serius dalam bukunya The Cuckoo’s
                     Egg.  Setelah  berbulan-bulan  secara  digital  menyelidiki  kesalahan
                     akuntansi 75 sen, Stoll menemukan bahwa sistem di tempatnya bekerja
                     diretas oleh  seorang peretas  Jerman. Peretas tersebut telah berhasil
                     membobol lusinan komputer di Amerika Serikat, termasuk sistem militer,
                     untuk mendapatkan informasi tentang nuklir dan intelijen dan menjual
                     informasi tersebut ke Uni Soviet. Kasus tersebut disebut sebagai salah
                     satu kasus awal peretasan di dunia.

                         Pada tahun 1988, sebuah program komputer yang dikenal sebagai
                     Internet Worm, atau Morris Worm, memanfaatkan kerentanan Internet
                     menjadi peretasan yang berbahaya. Seorang mahasiswa pascasarjana di
                     Cornell University membuat worm tersebut dan merilisnya ke internet.
                     Worm tersebut  sebenarnya tidak  merusak  file atau  mencuri  password,
                     tetapi  Worm  menyebar  dengan  cepat  ke  komputer  yang  menjalankan
                     sistem operasi UNIX dan memperlambat kerja sistem dengan menjalankan
                     banyak salinan dari dirinya sendiri yang membuat sistem menjadi tidak
                     normal. Hal ini tentu saja mengganggu pekerjaan dan membuat pekerja
                     dan banyak orang menjadi tidak nyaman. Worm ini mampu memengaruhi
                     ribuan orang pengguna komputer dan internet. Pemrogram sistem harus
                     menghabiskan beberapa hari bekerja untuk menemukan, menyelesaikan,
                     dan  membersihkan  sistem dari  worm ini. Kejadian ini menimbulkan
                     kekhawatiran karena berpotensi untuk mengganggu layanan komputer
                     yang vital seperti rumah sakit, reaktor nuklir, dll.
                         Hal  ini  kemudian  memicu  pendirian  Pusat  Koordinasi Tim Tanggap
                     Darurat Komputer (Computer Emergency Response Team/CERT). Indonesia
                     juga memiliki pusat koordinasi pada lembaga BSSN (Badan Siber dan Sandi
                     Negara), yang disebut Pusat Operasi Keamanan Siber Nasional. Pusat Operasi



                                                              Bab 8 Dampak Sosial Informatika  169
   180   181   182   183   184   185   186   187   188   189   190