Page 135 - TAFSIR_INDONESIA_MAPK_KELAS X_KSKK_compressed_Neat
P. 135
sombong dan membangga-banggakan diri,
Islam mengajarkan umatnya untuk selalu berlaku adil kepada siapapun termasuk diri
sendiri. Salah satunya dengan berupaya mencari cara agar tercipta suasana jiwa yang tenang dan
lapang melalui ibadah yang istiqamah.
Pada ayat ini, Allah Swt. memerintahkan siapa saja untuk selalu menyembah Dia dengan
mengesakan-Nya. Kekuatan nilai-nilai akidah ini wajib tertanam dengan kokoh dalam setiap jiwa
seorang hamba untuk mewujudkan kebaikan-kebaikan lainnya. Secara kontekstual,
menyembahnya seorang hamba kepada Allah Swt. tidak hanya sebatas gerakan tertentu tanpa
menyertai peran hati, namun setiap gerakan, bacaan dan ingatan harus bersamaan dengan
ketundukan hati. Jika tidak, salat akan sia-sia tanpa memberi dampak apapun bagi kebeningan
hati yang berwujud akhlak mulia.
َ ْ
Pesan Allah selanjutnya, berbuat yang terbaik kepada kedua orangtua. Lafaz “اناسحِا ”
menunjukkan makna baik yang melebihi standar pada umumnya. Sejalan dengan jasa dan
perjuangan ibu bapak, sangat wajar jika kepada mereka berdua sikap anak harus yang terbaik. Di
antaranya, mencintai mereka di atas cinta kepada orang lain, kecuali Allah Swt dan rasul-Nya. Bahkan
perintah ini menduduki posisi kedua setelah perintah menyembah Allah Swt.
Selain daripada kewajiban menyembah Allah Swt. dengan ikhlas dan berbakti kepada ibu
bapak, Allah Swt. juga menerangkan seorang mukmin juga harus berbuat baik kepada keluarga
dekat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan jauh, teman sejawat atau
rekan kerja atau teman yang ada di rumah (isteri), ibnu sabiīl (yang kehabisan bekal), dan juga
hamba sahaya yang ditanggung. Kebaikan tidak dibatasi pada ibadah mahḏah saja, tetapi juga
menyangkut perihal sosial (ghairu mahḏah).
Di akhir ayat, Allah Swt. menutupnya dengan penegasan bahwa Dia membenci orang
orang yang sombong juga ujub. Mujahid berkomentar bahwa mukhtālan berarti sombong,
sedangkan fakhūran berarti sedikit bersyukur atas nikmat yang diberikan. Abu Raja’ Al-Harawi
mengatakan bahwa ia tidak pernah menjumpai orang jahat perangainya kecuali ada pada diri
orang yang sombong lagi membanggakan diri dengan menyakiti kedua orangtuanya.
TAFSIR MA KELAS X 115