Page 20 - FINAL E-MODUL SEJARAH REVOLUSI NASIONAL DI MALANG 1945-1949 OLEH ALIMATUL SA'ADAH - PRODUK SKRIPSI_Neat
P. 20

Sedikit Lagi Pembahasan Materi Hampir Selesai,
                  Ayo Cari Tau Terkait Reaksi Dunia Internasional terkait
              Aksi Agresi Militer Yang Dilakukan oleh Belanda di Wilayah Indonesia
                     Dengan Memahami Pembahasan Dibawah Ini!
     4.3  Reaksi Internasional Terhadap Agresi Militer Belanda dan Resolusi
             Dewan Keamanan PBB
          Aksi Agresi Militer Belanda akhirnya mendapatkan sorotan internasional
    yang  berujung  kritik  dan  kecaman  dilontarkan  kepada  Pemerintah  Belanda,
    bahkan sehari setelah Pemerintah Belanda melakukan Agresi Militer II pada 19
    Desember  1948,  tertanggal  20  Desember  1948  Dewan  Keamanan  PBB
    bersidang di Lake Succes, New York dan dilanjutkan pada tanggal 22 Desember
    1948  di  Paris  dan  dihadiri  utusan  KTN  (Komisi  Tiga  Negara)  yang  berangkat
    dari Indonesia untuk memberikan laporan kondisi terkini Republik Indonesia.
    Setelah Dewan Keamanan PBB menerima usulan dari Amerika Serikat, Siria,
    dan Kolombia agar segera dihentikannya aksi baku-tembak dan semua orang
    indonesia  yang  ditahan  oleh  Pemerintah  Belanda  dibebaskan  (Hutagalung,
    2016: 97).
          Pada tanggal 24 Desember 1948 dikeluarkannya Resolusi Dewan Keamanan
    yang  menyerukan  agar  Pemerintah  Belanda  menghentikan  aksi  militernya
    namun  tidak  dipatuhi,  sehingga  pada  tanggal  28  Desember  1948  dikeluarkan
    kembali  Resolusi  Dewan  Keamanan  yang  menyerukan  agar  segera
    dihentikannya  aksi  militer  dan  membebaskan  pemimpin  Republik  Indonesia
    yang  ditahan  tanpa  syarat  dalam  waktu  24  jam  serta  mengembalikan  ke
    Yogyakarta.  Kedua  resolusi  tersebut  oleh  pihak  Pemerintah  Belanda  tetap
    diabaikan (Hutagalung, 2016: 98).

          Sikap Pemerintah Belanda yang mengabaikan 2 Resolusi Dewan Keamanan
    PBB menuai protes dari beberapa negara utamanya negara se-Asia dan Arab.
    Adapun bentuk protes Pemerintah Sri Langka dengan menutup pelabuhan dan
    bandara udara bagi kapal dan pesawat yang mengangkut senjata dan personil
    militer  Belanda  ke  Indonesia,  aksi  boikot  tersebut  diikuti  oleh  Pemerintah
    India, Pakistan, Serikat Pelaut Australia. Kemudian Pemerintah Arab Saudi juga
    menghentikan fasilitas pengangkutan darat, laut, dan udara bagi Belanda. Dan
    terakhir   sikap   Pemerintah   Amerika   Serikat   tidak   menyetujui   dan
    membenarkan  aksi  agresi  militer  mengancam  Pemerintah  Belanda  akan
    menghentikan  program  bantuan  pemulihan  ekonomi  (european  recovery
    program atau marshall plan), semakin menyadarkan Pemerintah Belanda bahwa
    posisinya terpojok dan terancam di mata internasional (Hutagalung, 2016: 115).


                              19
   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25